Pada film Rear Window, setting tempat yang digunakan cenderung sederhana. Dalam artian ia tidak berpindah-pindah tempat, akan tetapi ia bisa bercerita banyak terutama tentang kecurigaan si tokoh utama, Freemont. Ia hanya terduduk di pinggir jendela belakang apartemennya karena ia mengalami cidera pada kakinya. Hal itu menyulitkannya untuk bergerak bebas. Untuk mengatasi kebosanannya, ia mengamati aktivitas masing-masing tetangganya yang tertampil dari jendela apartemen mereka masing-masing. Freemont juga kerap terlibat pembicaraan dengan beberapa tokoh yang mampir ke apartemennya, seperti perawatnya atau calon istrinya.
Ada sudut pandang di mana sang tokoh utama melihat kegiatan beberapa tetangganya lewat jendela-jendela. Di sinilah menurutku, sisi artistik dari film ini muncul. Bagaimana sang sutradara bisa menyoroti masing-masing kegiatan tetangga yang berbeda-beda dari satu jendela saja. Hingga kemudian Freemont mencurigai seorang pria bernama Lars Thorwald, yang ia duga membunuh seorang wanita, yang beberapa hari sebelumnya kerap terlihat di apartemennya. Ia pun meminta tolong kepada perawatnya dan calon istrinya untuk menyelidiki hal ini.
Kemudian yang menarik dari film ini adalah mengenai dekorasinya. Film ini diambil indoor dan menggunakan dekorasi gedung di dalamnya, bukan diambil dari gedung sungguhan. Detil-detil yang digunakan juga mirip dengan aslinya. Seperti misalnya ada jalan yang dilewati mobil, kemudian juga ada beberapa anak kecil bermain di pinggir jalan raya, serta taman-tamannya. Tidak lupa juga detil suara jalan raya dan ramainya anak-anak bermain yang bisa terdengar dari kamar Freemont. Bisa dibilang sederhana akan tetapi cukup sulit untuk dibuat. Yang jelas, film ini klasik sekali.
Sedangkan film Disturbia, yang notabene adalah remake dari film Rear Window justru bisa dikemas lebih menarik. Konflik-konflik tertentu yang disuguhkan di dalamnya pun semakin menambah unsur dramatisasi film ini. Selalu ada greget atau bagian-bagian yang menegangkan yang membuatnya tidak monoton seperti di Rear Window. Misalnya sewaktu Mr. Turner tiba-tiba ada di dalam rumah Kale.
Kalau di Rear Window kesan klasik sangat terlihat, di Disturbia justru kebalikannya. Selain ada teropong, ada pula handycam dengan tripodnya, dan komputer yang memiliki kemampuan internet. Ada pula Ipod, Macbook, dan mesin cuci yang tidak ditemukan di Rear Window. Dan satu lagi, yaitu situs Youtube yang diucapkan di akhir film.
Setting tempat pada Disturbia lebih ke kompleks perumahan, bukan apartemen. Kemudian jendela yang diamati lebih terfokus pada jendela rumah Miss Carlson dan Mr. Turner. Sedangkan tetangga yang lainnya hanyalah selingan pada awal film. Menurutku, ini mengurangi unsur estetika film. Akan tetapi, untungnya unsur estetika itu tergantikan oleh alur cerita yang menggigit.
Kalau di Rear Window pelakunya adalah orang yang sudah cukup tua, di Disturbia pemainnya adalah anak muda. Hal ini semakin menguatkan segmentasi film ini. Tentu saja lebih ditujukan untuk remaja. Apalagi di dalam Disturbia, bumbu-bumbu cinta lebih kental.
Scene yang paling mirip adalah scene wanita melepas bra yang membelakangi kamera. Sedangkan pemain utamanya sama-sama memiliki masalah dengan kaki, akan tetapi Mr Freemont karena digips, sedangkan Kale karena terkena hukuman tahanan rumah.
No comments:
Post a Comment