Sunday 11 April 2010

Un Chien Andalou (An Andalusian Dog)

Sutradara : Luis Bunuel
Penulis : Salvador Dali dan Luis Bunuel
Dirilis : 6 Juni 1929 di Perancis
Genre : Drama
Durasi : 16 menit
Pemain : Simone Mareuil, Pierre Batcheff, Luis Buñuel, Salvador Dalí, Jaime Miravilles

Bagi banyak orang, film ini memang begitu membingungkan, tidak biasa, dan berbeda dengan film-film yang sering kita saksikan. Seakan-akan tidak ada alur dalam film ini karena film ini menggunakan logika mimpi. Seperti layaknya kita bermimpi, segala hal yang terjadi di dalamnya kerap kali tak masuk akal dan tidak nyambung. Hal inilah yang Bunuel dan Dali angkat dalam film surealis ini.
Film ini dibuka dengan adegan seorang pria yang sedang mengasah pisau cukurnya. Lalu ia melihat bulan tertutup awan yang mirip seperti mata yang dibelah pisau cukur. Kemudian nampak pria itu membelah mata istrinya dengan pisau cukur itu.
Setelah itu, adegan berganti ke delapan tahun kemudian di mana ada seorang wanita melihat ke luar jendela apartemennya dan melihat ada seorang laki-laki berpakaian misionaris dengan kotak terkunci yang dikalungkan di leher mengenakan sepedanya, jatuh di pinggir jalan. Setelah itu, wanita itu tampak mengumpulkan dan menyusun baju pria yang ternyata kekasihnya tadi di atas ranjang. Tiba-tiba kekasihnya datang dari belakang dan sang wanita tampak melihat tangan kekasihnya. Ternyata tangannya berlubang dan dari lubang itu keluar semut. Setelah itu, wanita melihat ketiaknya.
Sedangkan di bawah apartemen sudah ada seorang detektif dan gerombolan orang datang ke tempat misionaris itu jatuh tadi. Detektif itu menemukan tangan dalam kotak yang dibawa misionaris tadi. Kemudian ia merenung dan nampaknya menemukan titik terang akan kejadian itu, akan tetapi kemudian ia tertabrak mobil.
Setelah melihat kejadian itu, kekasih melihat sang wanita dan kemudian memegang dada wanita itu. Awalnya wanita itu nampak tidak mau akan tetapi ia sedikit memberikan kesempatan kepada kekasih untuk melakukannya. Setelah itu ia mendorong kekasihnya itu dan mencoba untuk melarikan diri sambil melakukan sedikit pemberontakan. Kekasih itu kemudian juga melakukan pembelaan diri dengan mengambil raket, akan tetapi tiba-tiba ia meraih dua piano besar yang diikuti oleh keledai busuk dan loh batu Sepuluh Perintah Allah. Dan kemudian sang wanita bisa melarikan diri.
Adegan beralih pada sekitar jam tiga pagi. Kekasih terbangun dari ranjang yang berbeda apartemen oleh suara senjata. Ternyata ayahnya datang dan marah-marah karena ia berani melakukan hal bejat kepada istrinya. Ia pun diberi hukuman. Apa yang terjadi kemudian adalah ia menembak ayahnya dengan buku yang kemudian berubah menjadi pistol. Selanjutnya ada adegan kematian ngengat di dinding. Kemudian sang istri meninggalkan sang kekasih dengan menjulurkan lidah dan keluar dari apartemen.
Ketika ia keluar dari apartemen, tampak setting tempat berubah menjadi pantai. Kemudian ia menemui suaminya dan berjalan bersama dengan sangat bahagia. Setelah itu adegan beralih ke musim semi dan memperlihatkan wanita itu dan suaminya terkubur pasir sampai bahu.
Mungkin saja Dali dan Bunuel lewat film ini ingin mengatakan bahwa tidak selamanya semua hal bisa menggunakan logika karena sesungguhnya tak ada yang ingin mereka sampaikan lewat film ini. Ada beberapa hal, bahkan banyak hal yang tidak bisa kita jelaskan dengan logika dan maka dari itu kita harus bersiap.

THE BLAIR WITCH PROJECT

Bagian yang paling berkesan bagiku adalah ketika ada wawancara dengan seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Di situ ada tingkah laku dari si anak yang memancing tawa penonton. Ia mengupil dengan polosnya kemudian jari yang ia gunakan untuk mengupil tadi diisapnya di mulut. Kesannya jijik, tetapi lucu. Kemudian ia menangis dan mengatakan “No, no!” seakan-akan ia tahu apa yang sedang dibicarakan oleh ibunya adalah hal yang berbau horror. Bahkan sejurus kemudian ia memukul mulut ibunya seakan-akan ia ingin menyuruh ibunya dengan paksa untuk menceritakan hal itu. Acting anak ini sesungguhnya bisa memperkuat kesan horror dalam film ini. Bagaimana mitos tentang Blair Witch itu sungguh nyata dan membuat setiap orang takut akannya.
Selain itu, dari wawancara ini pula menyebutkan bahwa seakan-akan mitos tentang Blair Witch ini sudah sangat terkenal di dunia. Karena ibu yang menggendong anak tadi menyebutkan bahwa mitos ini pun pernah dibahas di National Geographic Channel. Hal ini dikuatkan dengan gapura yang menunjukkan bahwa Desa Burkitsville dijadikan sebagai desa sejarah.

Siaran Acara yang Kusuka dan Tidak Kusukai

Kita tentunya sudah familiar dengan radio dan televisi, yaitu media komunikasi yang selama ini selalu menemani hari-hari kita. Selain memberi informasi, kedua media ini dapat memberikan unsur-unsur edukasi, hiburan, serta persuatif. Dari sekian banyak channel yang ditawarkan dari kedua media penyiaran tersebut pasti ada program yang kita sukai dan tidak kita sukai. Di sini, aku akan menceritakan tentang program acara dari televisi dan radio yang kusuka dan tidak kusuka beserta alasannya.
Acara televisi yang kusuka adalah Laptop Si Unyil. Kita akan mendapatkan paparan wawasan dan ilmu dengan sangat mudah. Bagi sejumlah orang yang kurang suka berkutat lama dengan buku, bisa mendapatkan pengalaman audio visual di sini. Tayangan ini memaparkan pengetahuan diselingi drama boneka yang memerankan Si Unyil. Terkadang ia ditemani kawannya seperti Melani atau Usro atau oleh tetangganya, seperti Pak Raden atau Pak Ogah. Mereka hadir dan membaur di tengah dunia nyata bersama-sama anak-anak Indonesia yang sedang asyik melakukan kegiatannya. Tak ayal muncul humor-humor yang dialami Si Unyil. Jadi, di samping mendidik dan memberi informasi, tayangan ini juga bersifat menghibur. Penonton juga akan disajikan tayangan animasi tentang asal-usul tema yang diangkat.
Tayangan ini ditargetkan untuk anak-anak. Namun, tak menghalangi orang dewasa menontonnya, karena sifatnya yang mendidik dan memberi informasi. Bahasa yang digunakan cukup ringan dan mudah diserap oleh semua kalangan. Isinya juga aman dan tepat sasaran. Tak heran acara ini mendapat penghargaan sebagai program televisi yang mendidik tahun lalu. Penggagas acara ini cukup kreatif mengemas Si Unyil yang lama vakum dan dahulunya hanya opera boneka saja. Kini tayangan ini dapat kembali dinikmati anak-anak dengan mengikuti perkembangan zaman.
Acara televisi yang tidak kusukai adalah reality show Curhat Dengan Anjasmara yang membahas masalah percintaan. Alasannya tayangan ini tidak menghibur, tidak memberi informasi, dan tidak mendidik. Tidak menghibur karena isinya hanya permasalahan dan ujung-ujungnya mengakibatkan perselisihan, bahkan kekerasan yang dikemas dalam skenario yang serba dramatis. Tidak memberikan informasi karena berkutat pada masalah pribadi manusia yang tidak layak dipertontonkan. Tidak mendidik karena muatan pengetahuannya tidak ada.
Curhat Dengan Anjasmara bisa dibilang sebagai drama yang diembel-embeli label reality show alias tidak nyata. Ini bisa dilihat dari ekspresi pelakunya yang tidak natural dan dipaksakan demi memenuhi kepuasan penonton akan tayangan yang dramatis. Setiap episode pasti ada kekisruhan. Awalnya perang mulut, semakin memanas, hingga akhirnya perkelahian. Anehnya, Anjasmara selalu menenangkan peserta, mengatakan jangan emosi, serta memanggil produser untuk memastikan semuanya berjalan baik-baik saja, tapi selalu gagal. Bahkan, ia sendiri ikut terpancing amarah. Akhirnya Anjasmara dan produsernya, terlibat kesulitan melerai peserta yang terlibat keributan tanpa ada pihak lain yang membantu.
Keanehan kedua, mengapa penonton di studio selalu kompak bersorak apabila ada suatu kejadian yang mulai memancing emosi, dengan kata-kata “Huuuu!!!”? Ini seperti sudah dikomando oleh kru acara. Di samping itu, ending acara menggantung. Tidak ada penyelesaian atau kepastian mengenai masalah yang dibicarakan. Yang kita saksikan berkesan seperti obrolan kosong. Andai saja jam tayang Curhat Dengan Anjasmara ini sekarang belum diubah, akan semakin minus pula acara ini. Sebelumnya acara ini diputar sekitar pukul 18.00 WIB. Itu menandakan, acara untuk dewasa ini ditayangkan pada jam tayang yang salah karena anak-anak pada jam itu dapat menyaksikan acara ini. Padahal di dalamnya memiliki muatan kekerasan.
Aku berharap masyarakat yang berperan sebagai penonton bisa memilih mana tayangan yang bermutu, yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan, terutama bagi anak-anak. Walaupun tayangan seperti itu tetap ditayangkan, akan tetapi bila kita tidak menontonnya, maka rating acara tersebut akan turun sehingga acara itu kemudian akan diberhentikan penayangannya.
Siaran radio yang kusukai adalah The Greatest Memories yang disiarkan Radio Yasika 95.40 FM. Acara ini berformat curhat tetapi tidak anarkis seperti tayangan Curhat Dengan Anjasmara. Penyiarnya akan membacakan surat atau email dari pendengarnya sambil diiringi alunan backsound khas The Greatest Memories. Kemudian diberikan solusi-solusi atas permasalahan itu. Setelah itu, diputarlah lagu yang liriknya sesuai dengan masalah yang dibacakan.
Siaran ini memberi masukan bagaimana bersikap bila nanti mengalami permasalahan kehidupan yang sama. Dengan kata lain, acara ini memberikan kita unsur informasi. Masalah yang dibacakan di dalamnya tidak hanya masalah asmara saja. Permasalahan kehidupan yang lain, seperti persahabatan dan keluarga juga bisa dibicarakan. Untuk mengikuti acara ini tidak perlu malu karena bisa menggunakan nama samara dan pendengar juga tidak melihat wajah kita. Ada juga unsur hiburan dalam acara ini lewat lagu yang diputar, serta motivasi dari penyiar.
Siaran radio yang tidak aku sukai adalah Kuis Tiban. Kuis ini disiarkan di Yasika FM di sela-sela acara The Greatest Memories. Kuis ini memberikan pertanyaan berupa tebak-tebakan. Yang menjawab benar mendapatkan hadiah. Untuk mengikuti kuis ini, kita perlu bergabung lewat telepon atau sms. Sejauh ini, pertanyaan yang disampaikan sangat susah dijawab dan begitu banyak yang gagal dalam kuis ini. Apabila dalam satu sesi belum ada yang bisa menjawab dan tidak ada satu pun sms masuk dalam jangka waktu yang ditentukan, maka jawaban yang benar tidak bisa diberitahukan dan kuis akan dilanjutkan lagi keesokan harinya, hingga jangka waktu yang cukup lama. Umumnya bisa mencapai satu minggu. Hal ini membuatku ragu, apakah kuis ini benar-benar ada atau bohongan.
Menurutku, acara ini tidak masuk dalam kategori mendidik dan memberi informasi. Akan tetapi merupakan bentuk komunikasi untuk mempengaruhi pendengar mengikuti kuis ini dan mengejar hadiahnya atau disebut persuasi. Acara ini bisa masuk dalam kategori menghibur, akan tetapi hanya sedikit.
Setelah mencari di internet perihal kuis ini, banyak sekali radio-radio lain di Jawa yang menyiarkan kuis seperti ini. Banyak orang protes terhadap kuis seperti ini karena ternyata ini hanya tipuan. Pemenang kuis bukanlah yang bisa menjawab dengan benar dan dapat mengirim jawabannya dalam waktu cepat, melainkan peserta yang dapat mengirim sms sebanyaknya atau bahkan tidak ada pemenang sama sekali demi mengeruk keuntungan dan kemudian pemenang yang diberitakan adalah pemenang yang dipalsukan. Kemudian acara ini disiarkan tidak live. Jika ada percakapan antara penyiar dan peserta, itu hanyalah rekaman. Orang yang menelepon adalah orang dalam. Kemudian rekaman itu diputar berulang-ulang.
Aku agak lega di sejumlah daerah kuis seperti ini sudah ditindak tegas oleh aparat yang berwenang. Sayang, Kuis Tiban yang kumaksud belum ditindak. Semoga ada tindakan tegas atas hal ini dan tidak ada Kuis Tiban lainnya karena ini termasuk penipuan dan perjudian.

REAR WINDOW VS DISTURBIA

Pada film Rear Window, setting tempat yang digunakan cenderung sederhana. Dalam artian ia tidak berpindah-pindah tempat, akan tetapi ia bisa bercerita banyak terutama tentang kecurigaan si tokoh utama, Freemont. Ia hanya terduduk di pinggir jendela belakang apartemennya karena ia mengalami cidera pada kakinya. Hal itu menyulitkannya untuk bergerak bebas. Untuk mengatasi kebosanannya, ia mengamati aktivitas masing-masing tetangganya yang tertampil dari jendela apartemen mereka masing-masing. Freemont juga kerap terlibat pembicaraan dengan beberapa tokoh yang mampir ke apartemennya, seperti perawatnya atau calon istrinya.
Ada sudut pandang di mana sang tokoh utama melihat kegiatan beberapa tetangganya lewat jendela-jendela. Di sinilah menurutku, sisi artistik dari film ini muncul. Bagaimana sang sutradara bisa menyoroti masing-masing kegiatan tetangga yang berbeda-beda dari satu jendela saja. Hingga kemudian Freemont mencurigai seorang pria bernama Lars Thorwald, yang ia duga membunuh seorang wanita, yang beberapa hari sebelumnya kerap terlihat di apartemennya. Ia pun meminta tolong kepada perawatnya dan calon istrinya untuk menyelidiki hal ini.
Kemudian yang menarik dari film ini adalah mengenai dekorasinya. Film ini diambil indoor dan menggunakan dekorasi gedung di dalamnya, bukan diambil dari gedung sungguhan. Detil-detil yang digunakan juga mirip dengan aslinya. Seperti misalnya ada jalan yang dilewati mobil, kemudian juga ada beberapa anak kecil bermain di pinggir jalan raya, serta taman-tamannya. Tidak lupa juga detil suara jalan raya dan ramainya anak-anak bermain yang bisa terdengar dari kamar Freemont. Bisa dibilang sederhana akan tetapi cukup sulit untuk dibuat. Yang jelas, film ini klasik sekali.
Sedangkan film Disturbia, yang notabene adalah remake dari film Rear Window justru bisa dikemas lebih menarik. Konflik-konflik tertentu yang disuguhkan di dalamnya pun semakin menambah unsur dramatisasi film ini. Selalu ada greget atau bagian-bagian yang menegangkan yang membuatnya tidak monoton seperti di Rear Window. Misalnya sewaktu Mr. Turner tiba-tiba ada di dalam rumah Kale.
Kalau di Rear Window kesan klasik sangat terlihat, di Disturbia justru kebalikannya. Selain ada teropong, ada pula handycam dengan tripodnya, dan komputer yang memiliki kemampuan internet. Ada pula Ipod, Macbook, dan mesin cuci yang tidak ditemukan di Rear Window. Dan satu lagi, yaitu situs Youtube yang diucapkan di akhir film.
Setting tempat pada Disturbia lebih ke kompleks perumahan, bukan apartemen. Kemudian jendela yang diamati lebih terfokus pada jendela rumah Miss Carlson dan Mr. Turner. Sedangkan tetangga yang lainnya hanyalah selingan pada awal film. Menurutku, ini mengurangi unsur estetika film. Akan tetapi, untungnya unsur estetika itu tergantikan oleh alur cerita yang menggigit.
Kalau di Rear Window pelakunya adalah orang yang sudah cukup tua, di Disturbia pemainnya adalah anak muda. Hal ini semakin menguatkan segmentasi film ini. Tentu saja lebih ditujukan untuk remaja. Apalagi di dalam Disturbia, bumbu-bumbu cinta lebih kental.
Scene yang paling mirip adalah scene wanita melepas bra yang membelakangi kamera. Sedangkan pemain utamanya sama-sama memiliki masalah dengan kaki, akan tetapi Mr Freemont karena digips, sedangkan Kale karena terkena hukuman tahanan rumah.

PETUALANGAN SHERINA: FILM INDONESIA YANG BAGUS

Film Indonesia yang bagus menurutku adalah Petualangan Sherina. Setahuku, film ini adalah pelopor film anak-anak di Indonesia. Sebelumnya film anak-anak lebih popular di luar negeri. Film anak-anak lebih banyak dibuat di luar negeri, seperti Amerika dan Eropa. Apalagi film ini dipadukan dengan genre adventure (petualangan). Kita bisa melihat betapa banyaknya koleksi film anak-anak luar negeri, terutama Hollywood yang bergenre adventure. Bandingkan dengan Indonesia yang saat itu belum memiliki film untuk anak-anak.
Poin yang menambah bagusnya film ini adalah film ini merupakan tunas pembangkit bertumbuhnya kembali perfilman nasional yang sudah lama layu. Dengan adanya kesuksesan film ini, ia merangsang jiwa-jiwa anak muda di Indonesia untuk kembali berkarya memproduksi film. Kita lihat saja setelah Petualangan Sherina, muncullah AAdC (Ada Apa dengan Cinta), Eiffel I’m In Love, Jailangkung, dan kemudian bertambah lagi semakin banyak hingga sekarang.
Kemudian cerita di dalamnya menurutku tidak wagu. Memang genre film ini terkesan sangat meniru film Hollywood sebab bukan kebiasaan perfilman Indonesia membuat film anak-anak yang berpetualang seperti ini. Ada scene anak-anak dikejar penjahat, penculikan, dan scene lain yang sudah umum. Akan tetapi dari segi cerita ia tetap berbeda. Apalagi didukung setting dan latar belakang budaya Indonesia yang cukup kental ditampilkan di film ini. Sehingga yang membedakannya adalah film ini tidak terlalu pop dalam setting dan latar belakang.
Selanjutnya, selain genre anak-anak dan adventure, film ini juga bergenre musikal. Aku rasa aku belum pernah menemukan ini di film Hollywood karena setahuku tidak banyak penyanyi cilik di sana yang sekaligus bisa bermain film. Di Indonesia kebetulan ada Sherina yang saat itu sedang booming sebagai penyanyi dan dimanfaatkanlah dia sebagai penarik cerita. Mungkin itu saja yang bisa kujelaskan, berhubung juga tempat terbatas. Singkat kata, Petualangan Sherina adalah pelopor film anak-anak Indonesia yang kreatif!

PERKEMBANGAN SISTEM PERS DI INDONESIA

Pengertian Pers

Secara etimologis, kata pers atau press (dalam Bahasa Inggris) artinya menekan atau mengepres. Isitlah ini merujuk pada alat dari besi atau baja yang di antara dua lembar besi tersebut diletakkan suatu barang. Kata pers berkaitan dengan upaya menertibkan sesuatu dengan upaya menertibkan sesuatu melalui cara mencetak. Proses produksinya adalah dengan cara memakai tekanan (pressing).
Menurut Lesikow, komunikasi pers memiliki arti sebagai berikut:
a. Usaha percetakan atau penerbitan
b. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
c. Penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio, dan televisi
d. Orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita
e. Media penyiaran berita yakni surat kabar, majalah, radio, dan televisi.

Terdapat dua pengertian tentang pers:
a. Pers dalam arti sempit: adalah media cetak yang mencakup surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan bulletin-buletin pada kantor berita.
b. Pers dalam arti luas: mencakup semua media komunikasi yaitu media cetak, media audio, media audiovisual, dan media elektronik. Contohnya radio, televisi, film, internet, dan sebagainya.

Menurut UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Pengertian inilah yang termasuk pengertian pers dalam arti luas.

Perkembangan Pers di Indonesia

Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak lepas dari sejarah politik Indonesia. Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan.
a. Pers Kolonial
Pers kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonial Belanda. Di samping itu, pers kolonial juga membantu usaha pemerintah Hindia Belanda dalam melanggengkan kekuasaannya di tanah air.
b. Pers Cina
Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, surat, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia, atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina.
c. Pers Nasional
Pers nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan.
Tirtohadisoerjo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak tahun 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang pertama kali mendirikan penerbitan dengan modal nasional dan pemimpinnya orang Indonesia.

Adapun perkembangan pers nasional dimulai sejak masa pergerakan, masa penjajahan Jepang, masa revolusi fisik, masa demokrasi Liberal, masa demokrasi Terpimpin, masa orde baru, dan pers di era reformasi sekarang ini.
a. Pers masa pergerakan
Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional.
Setelah munculnya pergerakan modern Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat perjuangan. Pers saat ini merupakan corong dari organisasi pergerakan Indonesia.
Karena sifat dan isi pers pergerakan adalah anti penjajahan, pers mendapatkan tekanan dari pemerintah Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk menutup usaha penerbitan pers pergerakan. Pada masa pergerakan itu berdirilah kantor berita nasional Antara pada tanggal 13 Desember 1937.
b. Pers masa penjajahan Jepang
Pada masa ini, pers nasional mengalami kemunduran besar. Pers nasional yang pernah hidup di zaman pergerakan, secara sendiri-sendiri dipaksa bergabung untuk tujuan yang sama, yaitu mendukung kepentingan Jepang. Pers di masa pendudukan Jepang semata-mata menjadi alat pemerintah Jepang dan bersifat pro Jepang.
Dan di akhir pemerintahan kolonial Jepang, pers radio punya peran yang sangat signifikan. Ia turut membantu penyebarluasan Proklamasi dan beberapa saat sesudahnya dalam Perang Kemerdekaan.
c. Pers masa Revolusi Fisik
Periode revolusi fisik terjadi antara tahun 1945 sampai 1949. Masa itu adalah saat bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang berhasil diraihnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda ingin kembali menduduki Indonesia sehingga terjadilah perang mempertahankan kemerdekaan.
Saat itu, pers terbagi menjadi dua golongan.
• Pers NICA, yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara pendudukan Sekutu dan Belanda. Pers ini berusaha mempengaruhi rakyat Indonesia agar menerima kembali Belanda untuk bekuasa di Indonesia.
• Pers Republik, yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia. Pers Republik disuarakan oleh kaum republik yang berisi semangat mempertahankan kemerdekaan dan menentang usaha pendudukan Sekutu. Pers ini benar-benar menjadi alat perjuangan masa itu.
d. Pers masa Demokrasi Liberal
Masa Demokrasi Liberal adalah masa di antara tahun 1950 sampai 1959. Pada waktu itu Indonesia menganut system parlementer yang berpaham liberal. Pers nasional saat itu sesuai dengan alam liberal yang sangat menikmati adanya kebebasan pers. Pers nasional pada umumnya mewakili aliran politik yang saling berbeda. Fungsi pers dalam masa pergerakan dan revolusi berubah menjadi pers sebagai perjuangan kelompok partai atau aliran politik.
e. Pers masa Demokrasi Terpimpin
Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa kepemimpinan Presiden Soekarno (1959-1965). Masa ini berawal dari keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1955 untuk mengakhiri masa Demokrasi Liberal yang dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Sejak itu mulailah masa Demokrasi Terpimpin dengan mendasarkan kembali pada UUD 1945.
Sejalan dengan Demokrasi Terpimpin, pers nasional dikatakan menganut konsep otoriter. Pers nasional saat itu merupakan corong penguasa dan bertugas mengagung-agungkan pribadi presiden, serta mengindoktrinasikan manipol. Pers diberi tugas menggerakkan aksi-aksi massa yang revolusioner dengan jalan memberikan penerangan, membangkitkan jiwa, dan kehendak massa agar mendukung pelaksanaan manipol dan ketetapan pemerintah lainnya.
Pada masa ini, mucullah pers televisi. Awal mulanya adalah dari keinginan untuk menyiarkan Pesta Olah Raga Asia IV atau Asian Games IV. Setelah acara ini berakhir, TVRI tidak dapat melanjutkan siarannya karena belum tersedianya studio dan keterlambatan persediaan film. Atas desakan Yayasan “Gelora Bung Karno” dibangunlah studio darurat sebagai studio operasional yang memungkinkan TVRI siaran satu jam sehari. Pada kemudian hari, TVRI semakin berkembang dan hingga akhirnya kini sudah ada banyak stasiun televisi swasta yang juga ikut melakukan kegiatan pers.
f. Pers masa Orde Baru
Pers senantiasa mencerminkan situasi dan kondisi masyarakatnya. Pers nasional pada masa Orde Baru adalah salah satu unsur penggerak pembangunan. Pemerintah Orde Baru sangat mengharapkan pers nasional sebagai mitra dalam menggalakkan pembangunan sebagai jalan memperbaiki taraf hidup rakyat.
Pada saat itu, pers menjadi alat vital dalam mengkomunikasikan pembangunan. Karena pembangunan sangat penting bagi orde baru, maka pers yang mengkritik pembangunan mendapat tekanan. Orde baru yang pada mulanya bersifat terbuka dan mendukung pers, namun dalam perjalanan berikutnya mulai menekan kebebasan pers. Pers yang tidak sejalan dengan kepentingan pemerintah atau berlaku berani mengkritik pemerintah akan dibredel atau dicabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Kita tentunya masih ingat dengan kasus yang dialami oleh majalah Tempo. Media tersebut pernah dicabut SIUPPnya akibat pemberitaan yang kritis terhadap pemerintahan Orde Baru.
g. Pers masa Reformasi
Sejak masa reformasi tahun 1998, pers nasional kembali menikmati kebebasannya. Hal demikian sejalan dengan alam reformasi, keterbukaan, dan demokrasi yang diperjuangkan rakyat Indonesia. Pemerintah pada masa reformasi sangat mempermudah izin penerbitan pers. Akibatnya, pada awal reformasi banyak sekali penerbitan pers baru bermunculan. Bisa dikatakan pada awal reformasi kemunculan pers ibarat jamur di musim hujan.
Pada masa inilah marak bermunculan apa yang disebut jurnalisme online. Kalau sebelumnya pers di Indonesia masih didominasi oleh media cetak dan media penyiaran, pada masa ini mulai banyak berdiri sejumlah jurnalisme online. Jurnalisme ini menggunakan sarana internet sebagai medianya. Jurnalisme ini mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh jurnalisme media cetak dan media penyiaran.
Kelebihan itu adalah setiap individu memiliki peluang untuk memperoleh informasi dari sumber yang sangat luas. Kedua, jurnalisme online bisa menyiarkan informasi dalam jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang sangat pendek. Yang ketiga adalah bisa menggabungkan tulisan, gambar, dan suara dalam satu kemasan (Abrar,2003:49).
Kelebihan itu yang dianggap sebagai tantangan besar bagi para pelaku pers, terutama surat kabar. Namun pada kenyataannya, jurnalisme online yang sekarang sudah ada di Indonesia belum bisa dikatakan mengancam keberadaan media cetak secara besar. Sejauh ini, keberadaaan jurnalisme media cetak dan jurnalisme online masih saling melengkapi. Sebetulnya media surat kabar berada pada posisi yang kuat untuk membangun masa depan berdasarkan posisi unik mereka di masa lalu yang cukup kuat dan telah mengakar di masyarakat luas. Kehadiran berbagai media online diyakini hanya akan meredefinisikan media cetak konvensional (Grafika, 2000:11).
Jurnalisme online sendiri memliki kekurangan. Ia kurang memiliki kredibilitas, sehingga apa yang sudah orang lihat di internet belum tentu tepat. Maka orang akan mencari-cari lagi dari sumber yang kredibilitasnya tinggi, salah satunya lewat pemberitaan media cetak dan media penyiaran.
Pada masa reformasi, keluarlah UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hokum, dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar
4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran
UU RI No. 40 Tahun 1999, antara lain juga menjamin kebebasan pers serta mengakui dan menjamin hak memperoleh informasi dan kemerdekaan mengungkapkan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani sebagai hak manusia yang paling hakiki. Pasal 2 menyebutkan, “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum”. UU ini juga memberikan kebebasan kepada wartawan untuk memilih organisasi wartawan sekaligus menjamin keberadaan Dewan Pers.
Era reformasi ditandai dengan terbukanya keran kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan dipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses untuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap. Dengan instalasi kabinet B.J. Habibie, proses tersebut dikurangi menjadi tiga tahap saja. Terlebih pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Departemen Penerangan yang menjadi momok bagi dunia pers dengan SIUPPnya dibubarkan. Hal ini membawa pengaruh sangat besar bagi perkembangan dunia pers di Indonesia.
Dengan longgarnya proses mendapatkan SIUPP, hampir 1.000 SIUPP baru telah disetujui bulan Juni 1998 sampai Desember 2000. Angka tersebut tidak termasuk sekitar 250 SIUPP yang telah diterbitkan sebelum reformasi dan setelah tahun 2000. Sebagian besar penerbitan tersebut merupakan tabloid mingguan yang berorientasi politik. Penerbitan tersebut dimiliki dan didukung oleh konglomerat media, misalnya Bangkit (Kompas-Gramedia Group) dan Oposisi (Jawa Pos Group).
Namun, dunia pers kembali mengalami kekhawatiran di masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. UU Penyiaran tersebut dirasakan banyak pasal yang tidak demokratis sehingga dapat membelenggu dunia pers, terutama pada pers radio dan televisi.

Pers Indonesia senantiasa berkembang dan berubah sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pers di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan identitas. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
• Tahun 1945-an, pers Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan
• Tahun 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang mempunyai tujuan sama dengan partai-partai politik yang mendanainya
• Tahun 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan pencarian dana masyarakat serta jumlah pembaca yang tinggi
• Awal tahun 1990-an, pers memulai proses repolitisasi
• Awal reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan pemerintahan B.J. Habibie yang kemudian diteruskan pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.

Kaitan Dengan Model Pers

Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm (1956) membagi sistem komunikasi pada empat model pers, yaitu Pers Otoritarian, Pers Libertarian, Pers Soviet Komunis atau Pers Totalitarian, dan Pers Tanggungjawab Sosial. Di antara keempat model tersebut, Indonesia pernah menganut Pers Otoritarian, Pers Libertarian, dan Pers Tanggungjawab Sosial.
1. Pers Otoritarian
Otoritarian artinya kekuasaan yang mutlak atau otoriter. Falsafah dari teori pers otoritarian adalah pers menjadi kekuasaan mutlak dari kerajaan atau pemerintah yang berkuasa guna mendukung kebijakannya. Teori ini pertama kali muncul dan dikembangkan di Inggris pada abad XV dan XVII yang kemudian menjalar ke seluruh dunia.
Pers menjadi pendukung dan kepanjangan tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara. Melalui penerapan hak khusus, lisensi, sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh serikat pemilik mesin cetak, individu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik pemerintah yang berkuasa. Pers bisa dimiliki baik secara publik atau perorangan, akan tetapi tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah (Severin,2005:374).
Pers ini pernah dijalani Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin. Masa Demokrasi Liberal dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan karena itulah system pemerintahan Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin. Otomatis, system pers Indonesia ikut berubah. Pers kemudian menjadi corong penguasa dan bertugas mengagungkan-agungkan presiden. Pers diarahkan untuk membentuk opini masyarakat yang baik kepada pemerintah agar bisa memuluskan semua kepentingan pemerintahan.
Sama halnya dengan pers masa Orde Baru. Pemerintah sangat berharap rakyat mampu menjadi mitra dalam melaksanakan kebijakan pemerintah, yaitu melaksanakan pembangunan. Barang siapa berani mengkritik atau memberikan pemberitaan yang menjatuhkan citra pemerintahan, akan mendapatkan tekanan atau hukuman yang sangat tegas dan nyata. Misalnya dibredel atau SIUPPnya dicabut.
Contohnya, siaran berita televisi pada masa Orde Baru ditujukan semata untuk kepentingan pemerintah, yaitu sebagai alat propaganda bagi kebijakan pemerintah dan sebagai situs bagi definisi rezim ini tentang kebudayaan nasional Indonesia (Sen,2001:152). Televisi swasta dikontrol untuk tidak memproduksi siaran sendiri, akan tetapi merelay siaran berita TVRI dari Jakarta. TVRI sengaja menayangkan berita tentang pemerintahan pada malam hari untuk mengetahui reaksi pemerintah tentang berita yang ada pada media cetak pada pagi harinya. Kemudian mereka dapat menyaring berita yang baik untuk menjaring dukungan rakyat terhadap pemerintah.
Untuk saksi mata, berita pada TVRI selalu menghadirkan saksi mata dari pihak pemerintahan. Tidak ada pemunculan saksi mata dari warga biasa. Jikalau ada, mereka biasanya hanya dipakai untuk menggambarkan hubungan hirarkis dengan para pejabat tinggi. Seolah TVRI ingin memberikan kesimpulan bahwa pihak pemerintah yang paling kredibel untuk semua macam berita. Padahal tidak. Hal ini justru mengacu kepada pengaburan fakta yang sesungguhnya, serta membatasi masyarakat untuk berpendapat.
2. Pers Libertarian
Libertarian berasal dari kata liberty yang artinya bebas. Pers ini juga berasal dari Inggris kemudian masuk ke Amerika Serikat dan selanjutnya ke seluruh dunia terutama pada Negara yang menganut paham kebebasan atau liberal. Pers libertarian bertolak belakang dengan pers otoritarian. Falsafah teori ini adalah pers memberi penerangan dan hiburan dengan menghargai sepenuhnya individu secara bebas. Pers bebas mengeluarkan berita baik yang ditujukan kepada masyarakat maupun negara. Campur tangan negara terhadap pers dianggap menindas kebebasan pers. Dalam hal ini negara tidak berhak mengontrol kehidupan pers, justru menjadi alat kontrol sosial.
Pers harus mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan. Di bawah teori ini pers bersifat swasta, dan siapa pun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan media (Severin,2005:376).
Model ini pernah dianut bangsa Indonesia pada pers masa Demokrasi Liberal, di mana pada masa itu pers sangat menikmati adanya kebebasan pers. Namun pada masa itu fungsi pers masih terbatas pada bentuk perjuangan kelompok partai atau aliran politik. Pers belum bisa menjalankan fungsi pers yang sesungguhnya karena pemerintahan belum benar-benar stabil setelah perjuangan pada masa revolusi fisik.
3. Pers Tanggungjawab Sosial
Falsafah dari teori ini adalah pers memiliki tanggungjawab sosial. Falsafah bahwa pers perlu mempunyai tanggung jawab sosial. Teori ini mulai dikembangkan di Amerika Serikat pada abad ke-20. Pers memberikan penerangan, berita, hiburan, dan produk secara bebas, namun dilarang melanggar kepentingan orang lain dan masyarakat. Para pekerja pers diharapkan memiliki kesadaran bahwa ada tanggung jawab yang harus diemban atas kegiatan jurnalistik yang dilakukan secara bebas. Para wartawan menyadari bahwa ada hak orang lain dan masyarakat yang harus dihargai. Contohnya masalah pribadi, hak asasi manusia, keamanan dan ketertiban masyarakat.
Teori ini sebenarnya bermula dari teori pers libertarian. Teori libertarian sudah banyak ditinggalkan oleh negara-negara yang menganut system politik liberal, sebab teori ini dinilai merugikan publik. Sebagai gantinya, muncullah teori pertanggungjawaban sosial pers. Inti ajaran teori ini adalah kebebasan dan tanggung jawab sosial pers harus berjalan seimbang. Dalam kebebasan ini, dengan sendirinya melekat tanggung jawab. Hal ini berarti bahwa setiap berita atau tulisan yang dilansir penerbitan pers harus bisa dipertanggungjawabkan baik secara jurnalistik, etika, maupun hukum.
Posisi teori ini netral dan berada di tengah-tengah kedua mazhab, yaitu antara teori otoritarian dan libertarian. Di satu sisi, mereka menerima ideology kebebasan pers dan di sisi lain juga menerima adanya tanggung jawab sosial atas berita-berita yang dikemukakan. Pers menjadi alat kontrol masyarakat, tetapi masyarakat juga dapat mengontrol pers.
Teori tanggungjawab sosial mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki sesuatu yang penting untuk dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika media dianggap tidak memenuhi kewajibannya, maka ada pihak yang harus memaksanya (Severin,2005:379). Media pers dikontrol dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profeisonal, dan dikontrol oleh badan pengatur karena keterbatasan-keterbatasan tertentu.
Model pers ini dialami Indonesia setelah masa Orde Baru usai, yaitu pada masa Reformasi. Pers Indonesia bebas menggunakan haknya untuk meliput berita, akan tetapi ia juga dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan berita yang disampaikan. Oleh karena itu hendaknya tiap-tiap pekerja jurnalisme memiliki ketrampilan jurnalisme yang baik dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Akan tetapi, walau berita di masa Reformasi kini sudah tidak dipengaruhi lagi oleh rezim penjajah atau rezim pemerintah yang otoriter, isi berita masih bisa juga dipengaruhi oleh hal-hal lain. Hal itu adalah pengaruh sponsor iklan dan pengaruh kepemilikan media. Hal ini yang tampaknya sulit dihindari. Masing-masing media kini harus berebut sponsor iklan agar bisa melangsungkan jalannya media tersebut. Oleh karena itu, biasanya kaum pengiklan punya ikut campur dalam urusan isi berita. Hal ini tentunya juga demi keuntungan yang diinginkan pihak pengiklan tersebut.
Sedangkan dari sisi kepemilikan media bisa kita lihat dari perisitiwa pencalonan Ketua Umum Partai Golkar baru-baru ini. Dua kandidat terbesar adalah Aburizal Bakrie dan Surya Paloh yang kebetulan keduanya memiliki stasiun televisi yang tayangan utamanya berbasis pada berita. Otomatis, masing-masing stasiun televisi tersebut digunakan untuk saling bersaing mempropagandakan keunggulan masing-masing kandidat demi suksesnya tujuan mereka, yaitu terpilih sebagai Ketua Umum Golkar. Timbullah berita yang sifatnya subyektif dan cenderung mendukung mereka.

Daftar Pustaka

Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LESFI.
Grafika, Tim Leksikon. 2000. Leksikon Grafika. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia.
Sen, Krishna dan David T. Hill. 2001. Media, Budaya, dan Politik di Indonesia. Jakarta: ISAI.
Severin, Werner J. dan James W. Tankard, JR. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Edisi 5. Jakarta: Prenada Media.
Tuntas, Tim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan XII – Semester 2. Surakarta: CV Pustaka Manggala.
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana.

PERBEDAAN MENONTON FILM DARI BIOSKOP DAN KOMPUTER

Zaman sekarang sudah canggih. Jika zaman dahulu kita membutuhkan hiburan akan film dan harus menontonnya di bioskop, sekarang kita bisa menciptakan bioskop sendiri di rumah lewat komputer yang memiliki software pemutar film. Tentu saja ada perbedaan, baik berupa kelebihan dan kekurangan antara menonton film dari bioskop dan komputer.
Dari biaya, menonton film di bioskop lebih mahal. Apabila sudah memiliki komputer, biaya bisa dipangkas menjadi lebih murah. Untuk satu film, kita bisa menyewa dari rental vcd dengan biaya di bawah Rp 10.000,00. Menonton di bioskop, kita perlu merogoh kocek dari kisaran Rp 15.000,00 hingga Rp 25.000,00 per film. Itu belum dihitung dengan ongkos transportasi. Padahal bioskop letaknya ada di pusat kota, sedangkan rental CD ada di mana-mana.
Dari suasana, menonton film di bioskop lebih menyenangkan. Tanpa aba-aba, penonton kompak akan diam dan keadaan studio yang kedap suara membuat kita bisa menonton film dengan lebih tenang dan kondusif. Kita tinggal mematikan ponsel kita saja, maka tak ada yang mengganggu kita. Berbeda dengan menonton film dari komputer. Dijamin akan lebih berisik dan suasananya tidak kondusif.
Secara kualitas, film yang diputar lewat bioskop memiliki kualitas suara dan gambar yang sangat bagus. Speaker mantap, gambar jelas dan display lebar. Kita serasa bisa ikut dalam scene tersebut karena semuanya tampak seperti nyata ada di depan kita. Belum lagi efek-efeknya. Sedangkan lewat komputer, kualitas speaker komputer tidak ada artinya jika dibandingkan dengan speaker di bioskop. Gambar yang ditampilkan kadang bersemut dan jika kita sedang tidak beruntung, CD yang kita dapatkan tergores sehingga display gambar akan menjadi patah-patah atau bahkan tak bisa diputar lagi. Selain itu, walaupun dalam cover CD sudah tertulis bahwa film itu memiliki kualitas suara Dolby, tetap saja tidak ada pengaruhnya.
Sejauh ini, kelebihan masih dipegang oleh bioskop. Selain itu, bioskop selalu menawarkan film-film baru yang tak mungkin kita dapatkan di rental CD. Itulah sebabnya bioskop tak pernah sepi penonton dari waktu ke waktu. Akan tetapi jika kita menonton lewat bioskop, kita tidak bisa mengatur kapan kita mau rehat jikalau kita ingin melakukan hal yang darurat. Misalnya ingin ke toilet. Kontrol sepenuhnya ada di tangan bioskop tersebut. Berbeda dengan komputer yang bisa kita pause, stop, play, previous, next kapan saja.
Aku sendiri pernah menonton film Merah Putih di bioskop dan puas merasakan efek-efek tembakan dan lemparan bom yang dahsyat karena diikuti penataan suara dan kualitas teater yang apik. Aku sendiri merasa tidak menyesal membayar mahal untuk kualitas seperti itu karena setelah menontonnya, semua serasa setara. Sedangkan film Night At The Museum yang kutonton lewat komputer terasa kurang seru, apalagi pada bagian kejar-kejaran dengan kerangka dinosaurus karena suasana di rumah tidak kondusif. Kualitas suara serta gambarnya juga tak sebanding dengan bioskop. Tapi, sekali lagi hal ini setara dengan apa yang kita korbankan.

PENGALAMAN PERTAMA MENONTON FILM DI BIOSKOP

Pertama kali aku menonton film adalah kira-kira ketika berumur enam atau tujuh tahun. Film yang kutonton adalah Power Rangers. Judul tepatnya aku sudah lupa karena hal ini telah melewati masa yang sangat lampau. Pada masa-masa itu, grup superhero berwarna-warni ini memang sedang ngetop-ngetopnya. Bermula dari serial yang ditayangkan televisi, Power Rangers menjadi tokoh yang sangat diidolakan anak-anak seumuranku pada masa itu. Mereka siap membela keadilan dan kebenaran, serta menolong yang lemah dari musuh-musuh yang dikirim dari planet seberang. Biasanya musuhnya itu berwujud monster.
Ketika mengetahui monster tengah merajarela, sekelompok remaja merubah wujudnya menjadi sekumpulan superhero berwarna-warni. Ada yang mengenakan kostum berwarna hijau, biru, dan merah. Mereka adalah Power Rangers yang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan yang perempuan mengenakan kostum berwarna pink dan kuning. Aku paling menyukai ranger berwarna pink dan hijau karena mereka adalah ranger paling tampan dan cantik.
Setelah merubah wujudnya, mereka bertempur dengan monster di daerah padang pasir. Power Rangers kemudian mengerahkan segala tenaganya untuk melawan monster dan akhirnya monster kalah. Setelah itu, boss musuh di planet seberang (yang kebetulan perempuan dan mengenakan jubah, tongkat, serta mahkota yang aneh) tampak mengomel-ngomel atas kekalahan tersebut.
Aku sendiri sudah lupa apa yang diceritakan dalam film ini. Tapi ada satu scene yang sampai sekarang masih kuingat, yaitu saat salah satu ranger perempuan (masih dalam wujud manusia biasa) mendarat setelah melakukan terjun payung dalam suatu perlombaan. Hal lain yang mengesankan adalah aku menonton film ini ketika liburan di kota Purwokerto sehingga aku bisa menontonnya beramai-ramai dengan mama, kakak, om, tante, dan sepupuku. Sebuah kebersamaan yang belum tentu bisa terulang. Kami berangkat bersama dengan bus kota. Karena bus penuh, maka kami berdiri di dalam bus. Sayangnya, bioskop yang terletak di dekat swalayan MORO itu sekarang sudah tidak ada lagi. Bioskop tersebut sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan setelah sekian lama dianggurkan.
Ritual yang kulakukan sebelum menonton film tersebut adalah membeli popcorn dan minuman untuk menemani acara menonton. Akan tetapi, sekarang aku tidak pernah melakukannya lagi karena aku sudah jarang ke bioskop dan kalaupun iya, aku merasa tidak perlu membeli popcorn karena aku bisa bertahan di dalam bioskop selama kurang lebih dua jam tanpa rasa lapar dan haus. Lagipula tidak enak pula ketika tengah asyik menonton, tiba-tiba kita ingin ke toilet atau konsentrasi mengurus makanan. Paling-paling, ritual yang kulakukan adalah berbincang-bincang mengenai film setelah film usai sambil berjalan. Apakah film tersebut asyik atau endingnya kurang menggigit, dll. Kemudian keesokan harinya aku akan menceritakan pengalaman serta cerita dari film tersebut pada teman yang kutemui.

NICHOLAS NICKLEBY

Sutradara : Douglas McGrath
Penulis naskah : Charles Dickens
Dirilis : 27 Desember 2002
Genre : Drama
Durasi : 132 menit
Penghargaan : 2 nominasi dan 13 menang
Tokoh utama : Charlie Hunnam (Nicholas Nickleby)
Anne Hathaway (Madeline)
Jamie Bell (Smike)

Film ini bercerita tentang perjalanan hidup Nicholas Nickleby yang akrab disapa Nick dalam membela keluarganya. Pada umur 19 tahun, ayahnya meninggal karena depresi memikirkan hutang. Semenjak itu ia menjadi kepala keluarga di keluarganya. Ia dan keluarga pergi ke London menemui pamannya, Ralph. Oleh pamannya, Nick ditawari bekerja di Asrama Botheboy. Semenjak itulah, petualangan-petualangan besar dialami Nick baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan.
Scene yang paling kusukai adalah scene yang memperlihatkan Nick menangis karena sahabat setia sekaligus sepupunya, Smike pergi meninggalkannya untuk selamanya karena penyakit paru-paru. Bagian ini sungguh mengharukan karena sebelumnya Smike dan Nick selalu terlibat bersama-sama dalam menghadapi sejumlah masalah. Sulit rasanya untuk merelakan kepergian sahabat yang selalu bersama-sama kita dalam keadaan sedih dan bahagia. Beberapa menit sebelumnya, Smike mengatakan satu hal yang ia rahasiakan dari Nick, serta permintaannya bila ia meninggal nanti. Setelah itu, akhirnya ia meninggal juga.
Film ini sangat dianjurkan untuk ditonton seluruh keluarga. Film ini mengajarkan kita untuk selalu menyayangi keluarga kita. Nilai-nilai kekeluargaan dalam film ini sangat tergambar pada keluarga Nick yang saling menyayangi satu sama lain, bahkan ketika sang pemimpin keluarga telah meninggal dan kemudian mereka diharuskan hidup terpisah. Nilai persahabatan antara Smike dan Nick juga patut kita junjung. Mereka setia, saling menerima satu sama lain, dan bukanlah persahabatan yang mencari keuntungan semata. Kita juga diajak untuk tidak tamak dan silau terhadap harta dan kekayaan seperti Paman Ralph.

MENGIKUTI JEJAK SANG PENULIS, WILLIAM FORRESTER

Judul : Finding Forestter
Sutradara : Gus Van Saint
Penulis naskah : Mike Rich
Dirilis : 19 Desember 2000 (USA)
Genre : Drama
Durasi : 136 menit
Penghargaan : 4 pemenang dan 8 nominasi
Tokoh utama : William Forrester (Sean Connery)
Jamal Wallace (Rob Brown)

Apa jadinya jika Anda mendapat tugas dan suatu saat Anda menemukan ahlinya?
Film ini menceritakan tentang pemuda Afro-Amerika bernama Jamal Wallace. Ia sangat menyukai olahraga basket melebihi apapun. Saking gemarnya, pelajaran-pelajaran di sekolahnya terabaikan. Otomatis nilainya menjadi jelek.
Setelah ayahnya meninggal, tumbuh kesadaran di hati pemuda itu untuk memperbaiki nilainya. Ia meminta pertolongan kakaknya untuk meminjamkan buku-buku bacaan. Semangatnya di bidang penulisan pun semakin bertambah. Akibatnya, nilai ulangannya menjadi baik. Guru dan orang tua Jamal bahkan tidak menyangka itu. Akan tetapi Jamal tidak mau hal itu disebarkan kepada siapa pun, termasuk kawan sepermain basketnya. Atas prestasi itu, ia dipindahkan ke sekolah swasta yang bonafit.
Di lain waktu, saat istirahat sekolah, ia dan kawan-kawannya membicarakan mengenai jendela misterius suatu apartemen yang sering mereka lihat ketika bermain basket. Ada seorang pria di jendela itu, namun ia tak pernah keluar. Ada isu bahwa seorang wanita tewas karena dibunuh dengan pisau oleh si empunya apartemen itu. Timbullah tantangan antara mereka untuk masuk apartemen berjendela misterius itu.
Jamal pun ikut dalam tantangan dan menjadi peserta yang paling berani saat teman-temannya gentar. Malangnya, ia ketahuan oleh pemilik apartemen itu. Saking paniknya, ia melarikan diri dan meninggalkan tasnya di apartemen itu.
Suatu sore, setelah Jamal bermain basket, ia dikagetkan ketika melihat tas ranselnya tergantung di jendela misterius itu. Belum sampai tas itu diambil, perhatiannya teralihkan dan kemudian tas itu jatuh. Saat meneliti apakah ada yang hilang, betapa terkejutnya ia saat melihat karya tulisnya telah dikoreksi dengan sangat kritis menggunakan tinta merah.
Rasa ingin tahu semakin menggebu dalam hati Jamal. Ia mengunjungi apartemen itu. Dengan pendekatan yang alot, akhirnya ia boleh masuk dan mengalami perbincangan-perbincangan. Ia menjadi mengenal siapa yang ia hadapi di dalam kamar itu. Ternyata ia adalah seorang penulis terkenal bernama William Forrester, yang menulis buku pelajarannya. Lama kelamaan, mereka menjadi sangat akrab. Jamal kedapatan seringkali menyambangi apartemen Will. Mereka sering mendiskusikan berbagai hal mengenai dunia penulisan. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana dengan kisah cinta Jamal? Saksikan saja sendiri dan nikmati serunya film ini!
Film ini bisa dimasukkan dalam kategori film yang mendidik, namun dekat dengan masalah kehidupan sehari-hari. Pada umumnya film mendidik itu terkadang susah untuk dekat dengan realita kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun film ini menyajikan hal yang berbeda. Sederhana tetapi sarat ilmu dan hikmah. Selain itu, film ini juga tidak melupakan esensi kehidupan remaja yaitu percintaan yang membuat film ini terasa semakin lengkap saja.
Sayangnya, pencahayaan dalam film ini kurang bagus. Pada saat-saat di mana latar belakang adegan berwarna gelap, nuansa kelam menjadi terkesan mudah didapat karena pencahayaan yang kurang maksimal. Hal ini paling sering tampak, terutama pada latar tempat di dalam apartemen Will.
Dari film ini kita juga dapat mengambil hikmah bahwa jangan sekali-kali kita menuduh dan mempergunjingkan orang sembarangan, apalagi menimbulkan isu. Bisa jadi orang tersebut memperhatikan kita karena ia benar-benar peduli. Bahkan ia sudah punya rencana menularkan kelebihannya kepada kita. Di sini juga kita dapat memahami arti penting kasih sayang seperti yang tergambar lewat Will kepada kakaknya, kakak Jamal kepada Jamal, atau malah antara Jamal dan Will. Selain itu, kita juga harus mau mendengar pesan-pesan positif yang disampaikan oleh orang yang lebih tua, apalagi terhadap yang lebih ahli. Akan tetapi kita juga jangan pernah malu untuk berpendapat akan suatu hal yang benar, seperti yang tergambar antara Jamal dan guru lelakinya di sekolah swastanya yang baru.
Film ini sangat dianjurkan bagi penggemar film yang haus akan tontonan mendidik dan berilmu, terutama bagi orang-orang yang hobi menulis. Ilmu-ilmu penulisan di dalamnya sungguh pantas untuk dijadikan periksa bagi para penulis. Siapa tahu anda bisa mengikuti jejak William Forrester?

BRUNO, SEBUAH FILM KONTROVERSIAL

Pada tulisanku ini, aku akan menulis tentang sebuah film yang menurutku paling kontroversial seumur hidupku. Film itu berjudul Bruno dan dimainkan oleh seorang aktor bernama Sacha Baron. Film ini sangat amat kontroversial bagiku karena banyak sekali adegan menjijikkan di dalamnya, yang bersangkutan dengan perilaku seks seorang gay. Bahkan aku bisa menyebutnya sebagai film porno.
Awal mula aku mengetahui film ini lewat berita di situs KapanLagi.com yang bisa kuakses secara gratis di telepon selulerku. Di situ ditulis bahwa film ini kontroversial akan tetapi bukan karena banyak scene tentang seks seorang gay tadi, melainkan karena scene yang menggambarkan Bruno sedang mewawancarai salah satu tokoh berpengaruh di daerah negara Muslim. Entah Irak, Afganishtan, atau Pakistan. Hanya saja aku tak pernah mengenalnya karena menurutku dia tidak terlalu berpengaruh seperti tokoh-tokoh yang sebelumnya pernah ada, seperti Osama bin Laden, Saddam Hussein, atau Yasser Arafat. Adegan itu pun hanya rekayasa karena tokoh sebenarnya tidak pernah mengikuti syuting film ini. Maka Sacha pun mendapat teror dari pengikut tokoh tersebut sehingga ia perlu memperketat keamanan. Selain itu, Bruno merupakan seorang perancang mode terkenal di Italia yang kebetulan gay. Itu saja.
Kemudian aku melihat review film ini di sebuah majalah internasional. Karena aku merasa ribet membaca teks berbahasa Inggris, maka yang aku lihat hanya gambarnya saja. Sekali lagi, yang kutahu dari film ini adalah kontroversial (belum benar-benar tahu sekontroversial apa) dan bergenre komedi. Apalagi yang aku lihat dari gambarnya adalah Bruno menjadi mayoret. Kostum yang ia dan timnya pakai adalah celana hot pants ketat dari kulit yang mengkilap dan atasan yang tidak menutupi perut (pusarnya kelihatan) serta tanpa kancing. Kontan saja aku menganggapnya kocak. Apalagi ketika ke rental, film ini masuk daftar box office. Semakin tertariklah aku menontonnya.
Setelah menontonnya, aku sangat menyesal sudah merekomendasikannya ke temanku untuk ditonton bersama. Karena ternyata film ini tidak lucu, melainkan norak dan sangat menjijikkan. Kontroversi di dalamnya bukan hanya karena yang sudah disebutkan di atas, akan tetapi banyak sekali adegan yang melanggar norma kesusilaan, apalagi untuk ukuran orang Indonesia. Penyimpangan seks seorang gay dalam film ini digambarkan secara gamblang sekali dan tanpa sensor.
Scene yang paling kontroversial adalah ketika ada satu layar yang hanya menyorot penis Bruno. Kemudian Bruno menggerak-gerakkan tubuhnya sehingga penis tersebut bisa berputar! Yiaks, aku ingin muntah! Selain itu, masih ada banyak lagi adegan lainnya yang benar-benar membuatku mengelus dada.
Akhirnya aku tidak menyelesaikan film itu karena aku harus segera pulang dari rumah temanku. Saat itu untung sekali tidak ada orang tuanya. Kalau ada, mungkin sesuatu yang buruk sudah terjadi pada kita berdua. Sampai saat ini pun aku juga belum memutuskan apakah akan melanjutkannya lagi atau tidak. Sepertinya aku harus siap-siap mental saja sebelum menonton film ini lagi.
Yang membuatku heran, mengapa artis sekelas Paula Abdul mau ikut serta dalam film ini setelah ia memutuskan mundur dari juri American Idol? Untung saja reputasinya tidak turun. Padahal scene yang ia mainkan juga sangat tidak sopan. Dan juga mengapa film ini bisa menjadi box office? Mengherankan sekali!
Setelah menonton film ini, terus terang aku belum mendapatkan esensinya. Tapi aku menyukai satu hal yang bisa aku tangkap di sini. Bruno adalah seorang perancang mode yang sangat terkenal di Italia. Bahkan ia punya acara sendiri di televisi Italia yang membahas fashion. Akan tetapi ketika ia memutuskan pindah ke Amerika dan ingin mencari ketenaran di sana, ia berlagak seenaknya seakan-akan ia adalah orang paling penting di sana. Padahal orang-orang di sana sama sekali tidak mengenalnya. Apalagi setelah konsep acara yang ia serahkan pada produser ditolak mentah-mentah, pasangan gaynya meninggalkannya. Ia pun berusaha mati-matian mencari cara agar bisa terkenal di sana.
Dari situlah aku menyimpulkan bahwa kita harus beradaptasi dengan lingkungan di mana saja kita berada. Kita tidak boleh seenaknya dan berlaku sok di tempat lain, walaupun kita sebenarnya adalah orang yang layak dihormati dan mendapat perlakuan khusus karena kita punya status atau posisi yang tinggi. Kita bukanlah siapa-siapa di tempat lain karena kita tidak tahu bagaimana kondisi, norma-norma, serta pandangan masyarakat di tempat itu.

ASPEK-ASPEK DALAM FILM TITANIC

ASPEK PRODUKSI
Produksi suatu film dibagi menjadi tiga aspek. Aspek tersebut adalah aspek pra-produksi, aspek produksi, dan aspek pra-produksi. Aspek pra-produksi dilakukan sebelum proses pengambilan gambar atau syuting dilakukan. Aspek produksi dilakukan ketika syuting film dilakukan, dan aspek pra-produksi dilakukan setelah syuting dilakukan, namun sebelum film itu jadi secara total.
- Pra-produksi
Aspek pra-produksi meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan kreatif (yang berkaitan dengan penciptaan skenario) dan kegiatan ekonomi.
 Kreatif
 Ide
Ide merupakan bagian paling awal dalam pembuatan skenario. Tanpa ide, produksi film tidak akan ada karena ide adalah materi yang akan disampaikan pada film. Ide film Titanic berawal dari sejarah tenggelamnya kapal Titanic.
 Sinopsis
Sinopsis adalah tahap lanjutan dari ide yang nantinya bertujuan untuk menyusun sebuah skenario film. Tahap ini mencoba menjelaskan persoalan konkret (story) dari film. Kita bisa menyebutkan situasi utama problem dari karakter di mana lokasi film tersebut. Kita juga dapat menjelaskan apa yang mungkin terjadi pada karakter dalam film dan apa yang mereka upayakan, dengan seringkas mungkin.
Sinopsis pada film Titanic mulai menggambarkan situasi percintaan antara anak muda lain jenis yang berbeda kelas sosial. Mereka berusaha menyatukan cinta mereka dengan menerobos batas kelas sosial.
 Riset
Karena Titanic adalah film yang menampilkan sisi sejarah, mau tak mau harus ada riset produksi sebelum proses shooting dilakukan. Mereka harus mengumpulkan sejumlah data, baik dari sejumlah literasi maupun dengan cara wawancara salah satu korban kapal Titanic yang masih hidup. Hasil riset ini nantinya digunakan sebagai bagian cerita yang memerlukan fakta sejarah. Kronologi tenggelamnya kapal Titanic merupakan kronologi yang sangat penting untuk ditampilkan dalam film dan ini harus melalui proses riset. Dengan riset akan didapat gambaran mengenai bagaimana kapal Titanic karam. Tanpa adanya riset ini, bisa dibayangkan para kru akan sangat kesulitan membayangkan bagaimana bagian-bagian kapal Titanic akan digambarkan dalam film dan bagaimana Titanic bisa tenggelam.
Selain itu, riset juga berguna untuk menampilkan beberapa nama tokoh-tokoh yang berdasarkan karakter sejarah. Bumbu cerita dalam Titanic ini tidak nyata. Akan tetapi, sutradara film ini merasa penting untuk mencatut beberapa karakter sejarah yang dulunya memang pernah menumpang di kapal maut tersebut. Salah satu di antaranya adalah kapten kapal Titanic sendiri, Captain Edward John Smith yang diperankan oleh Bernard Hill.
 Treatment
Setelah riset, dilakukanlah treatment. Treatment adalah gambaran mengenai setting yang akan digunakan dalam film. Setting yang dimaksud adalah setting waktu dan tempat. Berdasarkan riset yang dilakukan untuk Titanic dirumuskanlah beberapa bayangan-bayangan mengenai waktu dan lokasi pengambilan gambar yang tepat. Syuting akhirnya diambil di atas kapal Akademik Mstislav Keldysh. Tempat ini sangat membantu untuk membuat film tampak nyata pada scene film yang modern.
 Shooting-script
Setelah melalui tahap ide, sinopsis, riset, dan treatment, maka sampailah ke tahap shooting-script. Tahap inilah di mana James Cameron membuat skenario yang dikembangkan dari ide, sinopsis, dan treatment yang sudah dibuat. Di dalamnya juga terdapat teknis-teknis khusus yang dipakai untuk seluruh pelaku film ketika pengambilan gambar. Skenario film ini murni dikerjakan oleh James Cameron sendiri.
 Storyboard
Storyboard adalah lukisan atau sketsa mengenai scene dan shot yang nantinya akan dipraktekkan pada produksi film. Pembuatan storyboard ini sudah sekaligus dengan teknik pengambilan kameranya, sehingga nantinya lebih mudah dalam proses syuting film.
Kebetulan sutradara film Titanic sendiri, James Cameron ahli dalam menggambar. Ialah yang mengerjakan storyboard. Sketsa yang digambar Jack Dawson dalam film, ternyata James yang membuatnya.
 Pembentukan kru produksi
Film ini melibatkan amat banyak kru di dalamnya, apalagi film ini adalah sebuah proyek film besar berskala internasional dan bersifat komersial. Kru produksi dalam proyek pembuatan film Titanic antara lain sutradara, produser, penulis naskah, pengarah musik, pengarah sinematografi, dan tim editor.
James Cameron sendiri mengambil banyak peran dalam proses produksi. Selain sutradara, ia merangkap sebagai produser, penulis naskah, dan turut bekerja sama mengedit film dengan tim editor.
 Seleksi sutradara, talent, tim kreatif
Sutradara yang dipilih untuk film ini adalah James Cameron. Ia memang sudah dikenal menangani beberapa film sukses sebelumnya. Keahlian James sebagai seorang sutradara di dunia perfilman internasional pun sudah tidak diragukan lagi.
Seleksi talent dilakukan oleh talent manager dan talent yang dipilih sebagai peran utamanya adalah Leonardo di Caprio dan Kate Winslet. Untuk tim kreatif, diseleksilah beberapa orang yang sesuai dengan bakat dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam film ini.

 Ekonomi
 Mencari penyandang dana
James Cameroon sebagai produser tentunya ikut bertugas menangani hal ini. Namun ia tak sendiri karena ada tim yang membantunya dalam mencari penyandang dana film ini. Apalagi mengingat multi tugasnya di proyek film Titanic. Kemudian didapatlah Paramount Pictures and 20th Century Fox yang membiayai proses syuting film yang menghabiskan kira-kira US$ 200 juta. Titanic kemudian menjadi film yang paling mahal yang pernah dibuat.
 Menetapkan pola-pola kerja sama dalam produksi
 Kerjasama dengan industri film
Untuk menciptakan sebuah film besar, diperlukan pula kerjasama dengan beberapa industri perfilman yang sudah dikenal dan terpercaya. Industri tersebut dipakai untuk menunjang kebutuhan akan studio, editing film, dan pendistribusian film. Untuk kebutuhan studio, James Cameroon memilih bekerja sama dengan Lightstorm Entertainmnet USA/Canada. Untuk kepentingan distribusi film dan pendanaan, Paramount Pictures International dan 20th Century Fox yang menjadi andalan James.
Dua nama terakhir pastinya sudah tidak asing di telinga kita. Mereka adalah dua perusahaan distribusi film di dunia yang sudah tidak diragukan lagi kinerjanya. Sudah banyak film-film di Hollywood yang mempercayakan dua perusahaan distribusi tersebut sebagai rekan kerjanya, termasuk James Cameroon sendiri.
Untuk editing visual efek, kebetulan James Cameroon memiliki perusahaan sendiri. Perusahaan itu bernama Digital Domain. Akan tetapi, James tetap saja membutuhkan kerja sama dari perusahaan editing lainnya, untuk tambahan efek-efek tertentu dalam penyelesaian film ini. Ada VIFX, POP Film, Banned From The Ranch, CIS Hollywood, dan Industrial Light & Magic.
 Menetapkan pola-pola kontrak dengan awak film

- Produksi
Masa produksi dapat dikatakan sebagai masa-masa yang paling melelahkan. Pada tahap inilah proses syuting dilakukan. Banyak sekali adegan-adegan sulit dalam film ini. Akan tetapi ada banyak trik yang dapat dilakukan untuk menyiasatinya.
Untuk adegan awal di mana bangkai kapal disorot, digunakanlah sebuah replika kapal Titanic untuk mewujudkan kapal tersebut. Penggunaan replika tidak hanya sampai di situ saja. Kita tentu masih mengingat ada tangga besar dalam kapal, di mana ada adegan Rose turun dan Jack menyambutnya. Ini juga menggunakan replika. Ketika replika ini digunakan untuk scene Titanic yang mulai dibanjiri air, replika ini rusak karena terkena goncangan air yang jumlahnya sangat besar.
Adegan fenomenal di mana Rose merentangkan tangannya di ujung kapal bersama Jack, ternyata dilakukan di atas replika kapal yang panjangnya tidak ada setengah badan kapal yang tergambar di film. Adegan ini juga dilakukan di dalam studio. Mereka menggunakan latar belakang berwarna hijau, yang disebut layar hijau atau green screen. Green screen ini sangat berfungsi ketika film ini diedit di komputer.
Adegan Jack dan Rose bergelantungan di kapal, ketika Titanic akan terbelah menjadi dua, juga dilakukan di studio. Orang-orang yang bergelantungan itu pun ternyata bukan orang sungguhan. Untuk Jack dan Rose, memang mereka yang melakukan, sedangkan penumpang-penumpang yang lain ternyata digantikan oleh stunt. Stunt yang dimaksud yaitu boneka tiruan manusia. Adegan jatuh ke laut tidak mungkin dilakukan oleh manusia karena pada proses pengambilan gambar, mereka jatuh ke lantai, bukan ke air.

- Pasca Produksi
Yang dilakukan pada tahap pasca produksi adalah mengumpulkan semua scene film yang diambil dan kemudian memulai kegiatan editing.
Studio Digital Domain dipercaya menggarap visual efect film Titanic. Mereka memanfaatkan secara optimal komputer-komputer kelas CGI (Computer Generating Imaging). Melalui solusi-solusi image rendering (perubahan gambar dari satu tahap ke tahap lain, yang berlangsung sangat rinci) menggunakan komputer yang bermesin prosesor cergas bernama Alpha, yang merupakan processor 64 bit buatan Digital. Teknologi multimedia dalam pengolahan efek visual yang didukung dengan prosesor cergas mampu menghasilkan gambar-gambar yang benar-benar realistik.
Scott Ross, Presiden dan CEO Digital Domain menyatakan bahwa pada film tersebut para artis studio yang dipimpinnya telah menggabungkan gambar-gambar hasil rekaman melalui kamera dan rekayasa komputer dengan sangat sempurna. Gambar-gambar besar dengan detil yang rapi telah menyita ribuan gigabyte dalam spasi penyimpanan data. Terapan efek visual yang digunakan dalam film ini antara lain pemunculan sinar matahari terbenam yang tampak sebagai latar belakang para pemain yang sedang berjalan-jalan di dek kapal dan juga adegan suasana ruang mesin. Hampir tak terlihat adanya kejanggalan di semua adegan tersebut. Semua tampak benar-benar realistik.

ASPEK DISTRIBUSI

Aspek distribusi film meliputi licensing film , marketing film, dan logistik film.
- Licensing
Licensing adalah proses dimana distributor memperoleh hak untuk mengedarkan film. Dalam film Titanic, yang memperoleh hak ini adalah Paramount Pictures dan 20th Century Fox. Lisensi ini berlaku untuk satu periode waktu tertentu dan meliputi lisensi lokal dan lisensi internasional. Di Amerika Utara, lisensi atas film ini berlaku sepuluh bulan.
- Marketing
Tahap marketing merupakan tahap menarik untuk dianalisis. Beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pembuatan poster, trailer, dan original movie soundtrack (OST) untuk tujuan penjualan film ini.

Poster film Titanic bisa kita lihat di atas. Di situ tergambar bagian depan kapal Titanic. Di atasnya terdapat citra Jack yang sedang memeluk Rose. Kemudian ada tagline bertuliskan “Nothing On Earth Could Come Between Them” yang berarti tidak ada di bumi ini yang bisa memisahkan mereka. Poster ini hendak mengatakan bahwa ada cinta yang kekuatannya luar biasa, yang bermula dari pertemuan seorang laki-laki dan perempuan di ujung kapal Titanic. Dari poster ini, cukup mengindikasikan calon penonton bahwa ini adalah film bergenre drama romantis.
Penampilan Leonardo di Caprio pada poster ini juga sangat menjual pada saat itu. Tahun 1997 adalah masa-masa awal Leonardo berkiprah di Hollywood. Ia mendapat perhatian berkat aktingnya di film “Romeo & Julliet”, adaptasi dari novel karya William Shakespeare. Wajah Leonardo DiCaprio yang tampan bisa menjadi magnet tersendiri bagi para wanita, terutama remaja yang mengidolakannya untuk menonton film ini.
Akan tetapi bukan berarti Kate Winslet pantas dilupakan. Penampilan Kate Winslet pada poster ini juga sangat menjual. Kate Winslet merupakan aktris Hollywood yang dikenal memiliki akting yang baik. Sebelum Leo dikenal di dunia perfilman Hollywood, Kate Winslet sudah lebih dulu menekuninya. Terbukti aktingnya bisa kita lihat di film ini sangat baik dan membawa film ini menuju sukses besar.
Selain penampilan dua pemain yang menjual di film ini, satu hal lagi yang lebih menjual. Tentu saja Titanic itu sendiri. Titanic adalah sebuah sejarah yang sampai kapan pun¬ menarik untuk dikuak. Memang benar pada zaman dahulu ada kapal Titanic. Kapal ini juga disinyalir paling aman dan kuat oleh pemiliknya. Namun, kesombongan pemiliknya itu tidak terbukti dan Titanic pun tenggelam di Samudera Pasifik.
Selain poster, tentu saja ada trailer film. Trailer film Titanic diputar pada bioskop, saat iklan di televisi, dan pada acara-acara khusus yang membahas mengenai film Box Office. Kita tentu ingat pada sekitar tahun 1997 di Indonesia, masih ada acara bernama Cinema Cinema. Acara ini turut membahas dan menayangkan trailer film Titanic.
Dikeluarkanlah pula original soundtrack (OST) film Titanic di sejumlah acara musik di seluruh dunia. Kita tentu kenal dengan lagu “My Heart Will Go On” yang ditembangkan oleh Celine Dion. Nah, lagu ini keluar mendahului tanggal putar film dengan tujuan sebagai alat promosi film itu sendiri.
- Logistik
Logistik adalah proses paling realistis dalam distribusi. Di antaranya adalah membuat kopi film untuk konsumsi teater dan nantinya televisi pula. Selain itu, juga memproduksi film ke dalam VCD, DVD dan kemudian mengedarkannya ke sejumlah outlet atau chain distributor.

Titanic telah dirilis di seluruh dunia dalam layar lebar dan telah dibuat pula dalam format VHS dan laser disk pada 1 September 1998. VHS juga tersedia dalam bentuk set kotak hadiah mewah dengan deretan foto yang menjulang dan boklet berwarna. Versi DVD dirilis 31 Juli 1999 dalam edisi single disk yang hanya untuk layar lebar (non-anamorphic), tanpa fitur spesial. Cameron saat itu menyatakan bahwa ia berniat merilis sebuah edisi spesial dengan fitur ekstra. Perilisan ini menjadi penjualan DVD terbaik di tahun 1999. Pada awal tahun 2000, DVD ini menjadi DVD pertama yang pernah terjual satu juta kopi.
Set disk internasional yang terdiri dari dua disk dan empat disk menyusul pada 7 November 2005. Edisi dua disk dipasarkan sebagai Edisi Spesial. Memperkenalkan secara perdana pula dua disk dari tiga disk set, dan hanya diperbolehkan untuk PAL. Edisi empat disk dipasarkan sebagai Edisi Kolektor Mewah. Edisi ini juga dirilis pada 7 November 2005.
Edisi lima disk juga ada, tetapi ia hanya tersedia di Inggris. Set ini dinamai Edisi Mewah Terbatas. Set ini dirilis hanya 10.000 kopi. Disk kelimanya berisi dokumenter James Cameron tentang Ghosts of the Abyss yang didistribusikan oleh Walt Disney Pictures.
Selama tahun 2009, sutradara James Cameron mengumumkan bahwa Titanic sedang dalam proses konversi ke dalam bentuk 3D dan akan dirilis kembali pada tahun 2011. Sewaktu konvensi, James mengatakan bahwa ia dan timnya sedang mengupayakan untuk mengubah film Titanic menjadi format 3D kualitas tinggi. Prosesnya akan memakan waktu sekitar setahun sampai delapan belas bulan untuk melakukannya. Itu semua tergantung pada kompleksitas film.

ASPEK EKSIBISI

Aspek eksibisi berkaitan dengan penayangan film itu sendiri. Paramount Pictures dan 20th Century Fox membiayai Titanic dan mengharapkan James Cameron untuk melengkapi film untuk dirilis pada 2 Juli 1997. Dengan keterlambatan produksi, Paramount menunda tanggal rilis film menjadi tanggal 19 Desember 1997. Pertunjukan perdana film dilakukan pada 1 November 1997 di Festival Film Internasional Tokyo di mana reaksi orang dideskripsikan sebagai “suam-suam kuku” oleh harian New York Times.
Film ini baru benar-benar diterima kehadirannya setelah pembukaan di Amerika Utara pada Jumat, 19 Desember 1997. Di akhir pekan yang sama, teater menjual habis tiket. Debut film ini menghasilkan $8.658.814 pada hari pembukaan dan $28.638.131 melebihi pekan pembukaan dari 2.674 teater, dengan rata-rata sekitar $10.710 per venue. Titanic juga menempati ranking nomor satu pada box office, mengalahkan James Bond: Tomorrow Never Dies.
Pada tahun baru 1998, Titanic mencapai lebih dari $120 juta. Di hari Valentine 1998, pendapatan Titanic menjadi $13.048.711, lebih dari enam minggu setelah debut di Amerika Utara. Setelah film ini dirilis, ia bertahan di nomor satu untuk lima belas pekan berturut-turut di box office U.S. dan Kanada.
Pada Maret 1998, film ini menjadi film pertama yang mendapat bayaran lebih dari $1 milyar di dunia. Film ini bertahan di teater di Amerika Utara hampir sepuluh bulan sebelum benar-benar ditutup pada Kamis, 1 Oktober 1998 dengan pendapatan domestik kotor final sejumlah $600.788.188. Ia juga membuat ganda nilai itu di luar negeri dengan pendapatan kotor internasional $1.248.025.607. Akumulasi total film ini mencapai $1.848.813.795 di seluruh dunia. Sampai hari ini Titanic menahan rekor sebagai film dengan pendapatan kotor tertinggi dalam sejarah.

ASPEK KONSUMSI

Aspek konsumsi dari sebuah film lebih berkaitan dengan segi penontonnya. Bagaimana dengan apresiasi mereka setelah menonton sebuah film. Apresiasi masyarakat terhadap film Titanic bisa dilihat dari beberapa hal. Misalnya dari pemberitaan di sejumlah media, kemudian ranking yang didapat, serta penghargaan-penghargaan perfilman.
Film ini kebanyakan mendapat tinjauan positif dari para pengritik. Film ini mendapat “Certified Fresh” pada Rotten Tomatoes dengan 82% persetujuan dari keseluruhan pengritik. Film ini sekarang juga mendapat 74/100 metascore pada Metacritic dan diklasifikasikan sebagai film yang ditinjau menyenangkan secara umum.
Film Titanic merupakan film terbaik kesembilan di tahun 1997. Pada program televisi Siskel & Ebert, film ini menerima dua jempol. Ebert mendeskripsikan film ini sebagai epik Hollywood yang meriah, dibuat dengan ketrampilan yang baik, dan bernilai. Gene Siskel menemukan akting Leonardo DiCaprio sangat memikat hati. James Berardinelli menjelaskan, “Film ini sangat teliti pada detil-detil, memperhatikan kelapangan dan maksud-maksud tertentu. Titanic adalah semacam kejadian gambar epik bergerak yang menjadi hal yang jarang terjadi. Kamu tidak hanya menonton Titanic, kamu juga mengalaminya.”
Akan tetapi, ada pula yang menanggapi negatif. Beberapa pengamat merasakan cerita dan dialognya film ini lemah ketika visualnya spektakuler. Richard Corliss dari majalah Time menulis tinjauan negatif, mengkritik kekurangan elemen ketertarikan emosional. Tinjauan Kenneth Turan di Los Angeles Times pun sangat pedas karena film ini menghilangkan elemen emotif. Pembuat film Robert Altman menyebut film ini sebagai kerja film yang paling mengerikan yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Yang mengejutkan, pada tahun 2003 polling oleh The Film Programme menunjukkan Titanic sebagai sebagai Best Film Endings, di samping The Worst Movie of All Time.
Walau begitu, Titanic tetap saja digemari di seluruh dunia. Ia bisa menumbangkan sejumlah kritikan yang datang kepadanya lewat penghargaan yang ia raih. Bahkan penghargaan paling bergengsi di dunia film sekalipun ia sabet. Pada malam penghargaan Golden Globes, Titanic untuk pertama kalinya memenangkan beberapa penghargaan sekaligus, yaitu Best Motion Picture (Drama), Best Director, dan Best Original Score. Tak hanya itu, OST Titanic yang dilantunkan oleh Celine Dion, My Heart Will Go On mendapatkan penghargaan Best Song.
Selain Golden Globe Award, Titanic pernah memenangkan sebelas penghargaan dalam Academy Award. Dalam Grammy Award, My Heart Will Go On kembali menyabet panghargaan, yaitu Best Song Written Specifically for a Motion Picture or for Television. Masih banyak lagi sesungguhnya penghargaan yang diraih film ini. Titanic dengan cepatnya memenangkan hampir sembilan puluh penghargaan dan ditambah 47 nominasi dari bermacam-macam penghargaan yang diberikan dari seluruh dunia.

REFERENSI

Sumber internet:
Purwono, Edi. 1998. Film Titanic, Komputer Membuatnya Realistik. Diakses 10 Januari 2010, terarsip di:
http://tipon.tripod.com/dai064.htm
Tanpa nama. 2009. Titanic (1997 film). Diakses 10 Januari 2010, terarsip di:
http://en.wikipedia.org/wiki/Titanic_(1997_film)
Vaziri, Todd. 1998. Titanic. Diakses 10 Januari 2010, terarsip di:
http://www.vfxhq.com/1997/titanic.html

Sumber power point:
Diklat Skenario Kine 2009 oleh Yosef Anggi Noen

APA YANG SALAH DENGAN PERFILMAN INDONESIA? (SEBUAH PANDANGAN DARI SEGI PENONTON)

Membicarakan perfilman Indonesia adalah suatu hal yang complicated. Apalagi jika pertanyaannya adalah “Apa yang salah dengan perfilman Indonesia?”. Serba salah rasanya untuk dijelaskan. Yang pasti, salahnya banyak! Apalagi kalau membicarakan kekurangan dan kelebihan. Pasti lebih banyak kurangnya dibanding lebihnya. Belum lagi kita tahu ada yang namanya Hollywood, yang selama ini biasanya menjadi parameter perfilman kita. Kita pasti akan selalu minder kalau membandingkan perfilman Indonesia dengan film-film dari Hollywood.
Biarkan aku menjelaskan apa salahnya. Pertama, perfilman Indonesia itu terlalu latah. Jika trend saat itu adalah film horor dan jika satu film horor yang sudah keluar duluan sukses, maka yang lainnya akan mengekor. Akan ada yang namanya ikut-ikutan memproduksi film dengan genre horror juga. Seperti misalnya ketika kesuksesan film Jailangkung terjadi. Pada masa-masa itu juga, dunia pertelevisian sedang booming program Dunia Lain atau tayangan-tayangan mengenai hal-hal mistik. Maka mengekorlah film-film lain bergenre horror, sampai kemudian penonton mencapai titik klimaks, eneg dan ingin muntah-muntah karena terlalu banyak dijejali tema horor. Apalagi kualitas film horor Indonesia semakin berkurang dari waktu ke waktu.
Kedua, perfilman Indonesia tidak bisa menggali potensi lebih untuk mengenalkan film horor secara lebih baik. Sebenarnya daerah-daerah di Asia, terutama Indonesia punya potensi hal-hal mistik yang bisa digali untuk dibuat film horor. Kita bisa lihat Toshio di Ju-On, Sadako di Ringu, atau vampire di film-film Cina. Mereka bisa dieksplor lebih baik dan hasilnya adalah film horor yang menarik, bukan yang norak dan dianggap sampah. Akhirnya diadaptasilah mereka oleh Hollywood. Hal ini karena orang-orang sudah bosan dengan American Horror Sucks.
Seharusnya ini menjadi kesempatan kita untuk menunjukkan kepada dunia (jika perfilman Indonesia ingin go international terutama), bahwa kita juga punya potensi. Kita punya jailangkung, pocong, genderuwo, kuntilanak. Tinggal bagaimana kita memperbaiki kualitas film horor kita supaya tidak monoton. Kita juga harus belajar banyak dari negara lain untuk ini.
Ketiga, ada banyak film di Indonesia yang berbau-bau nakal atau menyerempet ke tema-tema sex. Kita tentu masih ingat kasus pertengkaran antara Saiful Jamil dengan Kiky Fatmala. Hal ini dikarenakan improvisasi akting Saiful Jamil yang terlalu nakal. Aku pikir ini memang disengaja untuk mengundang rasa ingin tahu orang supaya menonton film tersebut. Tapi mereka mengelak. Belakangan aku tahu bahwa film ini diputar di bioskop Permata dari spanduk yang dipajang di sana. Ternyata covernya justru malah adegan Saiful Jamil memijat Kiky Fatmala, seperti yang diberitakan di infotainment. Judul pun cukup mengundang kontroversi karena sangat nakal. Aku tak akan menonton dan merekomendasikan film ini, pokoknya!
Keempat, sering ada sensasi-sensasi yang dibuat sebelum film diputar di bioskop. Biasanya ini berlaku bagi film yang istilahnya ecek-ecek atau tidak bermutu. Selain yang sudah dicontohkan pada nomor tiga, ada juga sensasi pertengkaran antara Andy Soraya dan Dewi Persik yang terjadi sebelum film Kutunggu Jandamu diputar. Menurutku sensasi ini sangat tidak penting. Akan tetapi penting bagi mereka pelaku perfilman supaya film mereka laku dan meraih untung yang tinggi. Berarti ada indikasi mereka takut filmnya tidak laku karena ceritanya biasa-biasa saja.
Keempat, masyarakat Indonesia belum siap terhadap film yang realistis. Apalagi jika film itu membuka fakta yang ada di masyarakat secara lugas. Pasti selalu ada yang namanya kontroversi. Hal ini terjadi ketika film Virgin akan diputar. Ketika aku mencoba mencoba menontonnya, ternyata ada beberapa hal yang memang nyata. Menurutku juga, ternyata pesan moral dari film ini juga bagus dan langsung dapat ditangkap. Ia mengena sekali bagiku.
Kelima, tidak semua film di Indonesia punya unsur mendidik. Sekalipun film itu untuk tujuan hiburan, paling tidak ada sedikit yang bisa kita petik untuk pelajaran kita. Kadang yang dipikirkan oleh pelaku film justru adalah bagaimana nanti film ini nanti laris dan untungnya banyak. Mereka tidak memikirkan apakah nantinya ada dampak buruk, terutama bagi kaum muda.
Kiranya itulah sedikit pandanganku terhadap film Indonesia. Ini juga bersifat unek-unek. Kalau ada yang sependapat, mari kita berdiskusi demi perfilman Indonesia yang lebih baik. Amin!

MARAKNYA NARKOBA DI KALANGAN REMAJA

1. DEFINISI NARKOBA
Ada banyak kepanjangan dari narkoba yang kini beredar di masyarakat, di antaranya:
1. Narkotika dan Obat-obatan Terlarang
2. Narkotika dan Obat-obatan berbahaya
3. Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat berbahaya
Dasar terjemahan narkoba sebenarnya memang sangat tidak jelas. Secara umum narkoba adalah terjemahan dari kata Narkotika, dan Bahan-bahan berbahaya. Bahan-bahan berbahaya ini termasuk di dalamnya obat-obatan yang tidak mempunyai kandungan Narkotika (sekarang disebut Psikotropika), alkohol, dan zat-zat cair atau padat lainnya seperti pestisida, limbah-limbah beracun. Selanjutnya muncul istilah NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif lainnya).
Untuk melihat apa patokan pengertian dari narkoba yang sesungguhnya, maka kita lebih baik merujuk kepada perundang-undangan di Indonesia yang mengatur lebih lanjut narkoba.
• UU No. 9 Tahun 1976
Sebelum tahun 1997, narkoba diatur dalam UU No. 9 Tahun 1976. Sedangkan untuk psikotropika, belum ada undang-undang yang mengatur. Psikotropika hanya diatur sebatas dalam UU Kesehatan dan berbagai Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan.
• UU No. 5 Tahun 1997
Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, ternyata psikotropika keberadaannya banyak disalahgunakan dan dijual dalam perdagangan gelap. Karena ketidaktegasan dalam aturan, maka dibuatlah UU No. 5 Tahun 1997.
Dalam Pasal 1 ayat 1 terdapat pernyataan berbunyi, “Psikotropika adalah zat atau obat, baik yang alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”. Disebutkan pula yang termasuk psikotropika adalah ekstasi, shabu-shabu, obat penenang/ obat tidur, obat anti depresi, dan obat anti psikosis.
• UU No. 22 Tahun 1997
Undang-undang ini keluar bersamaan dengan UU No. 5 Tahun 1997 mengenai Psikotropika dan merupakan pengganti UU No. 9 Tahun 1976. Undang-undang ini ditambah dengan penambahan maksimal hukuman serta denda dan perubahan lainnya.
Dalam undang-undang ini, termaktub pengertian mengenai narkotika dalam Pasal 1 ayat 1, yaitu “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan”.
Dalam undang-undang ini, narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
o Golongan opiate: heroin, morfin, candu, dll.
o Golongan kanabis: ganja, hashis, dll.
o Golongan koka: kokain, crack, dll.

2. SEJARAH SINGKAT PENYEBARAN NARKOBA
Masalah narkoba ini mulai muncul ke permukaan sebagai suatu sebab yang menakutkan dalam kaitannya dengan kehidupan generasi penerus bangsa sekitar awal tahun 80-an. Sebelum tahun itu, sering terdengar kata morphinis yang disandang oleh para pengguna narkoba. Hanya saja, saat itu belum banyak orang memperdulikan masalah ini karena pada umumnya penggunanya hanya merupakan kalangan elite saja. Seperti yang digambarkan dalam film-film, narkoba dalam bentuk morphin ini menjadi monopoli mafia-mafia dan menjadi komoditas berharga tinggi.
Lama-kelamaan, narkoba telah merambah ke semua golongan, entah elite atau golongan kelas bawah secara pesat. Akibatnya semua golongan ikut merasakan kegelisahan akan hal ini, apalagi dampaknya yang tidak tanggung-tanggung.
Berikut ini adalah data-data statistik mengenai penyebaran narkoba di Indonesia:
• Data meningkatnya jumlah penderita HIV di Yogyakarta tahun 2006 yang mencapai “minimal” 308 penderita berdasarkan temuan Dinas Kesehatan DIY, angkanya untuk pemakai narkoba member kontribusi yang sangat besar. Perubahan pola konsumsi pemakai narkoba, dari pola hisap dan telan ke pola suntik.
• Pada tahun 2006, ada lima juta pecandu narkoba. Satu juta di antaranya dinyatakan positif terkena HIV. Angka pecandu ini mengharuskan dibukanya ruang konsultasi, adanya media curhat, pelayanan pendampingan dan sarana penampungan kreatifitas yang bisa mengalihkan perhatian pecandu. Gerakan bersama antar komponen ini diharapkan bisa menolong para pecandu narkoba.

3. MACAM-MACAM NARKOBA DAN ISTILAHNYA
Ada macam-macam jenis narkoba yang telah ditemukan. Namun di sini akan dijabarkan beberapa saja dari golongan narkoba maupun psikotropika.
Jenis narkoba:
• Heroin: Putaw, Pete, Bedak,
• Morphin
• Cocain
• Ganja: mariyuana, gelek, rumput, cimeng, mBako
• Codein, dll.
Jenis psikotropika:
• Shabu-shabu: SS, Kristal, Ubas, Blue eyes, Tawas
• Ekstasy: Inex. X,kancing
• Pil koplo: Magadhon, Rohipnol, Leksotan, BK, Valium, dan lain-lainya yang masuk daftar ‘G’.

4. PENYEBAB REMAJA MENGKONSUMSI NARKOBA
Beberapa faktor-faktor penyebab remaja rentan mengkonsumsi narkoba adalah karena:
Pergaulan (teman)
Usia remaja adalah usia di mana anak-anak sedang mencari jati diri dan merupakan peralihan dari usia anak-anak menuju ke tingkat dewasa. Istilahnya mereka masih meraba-raba masa depan mereka. Apabila mereka salah memilih jalan dan berada dalam lingkungan pergaulan yang salah, mereka mungkin dengan kepolosannya mau-mau saja masuk ke lingkungan pecandu narkoba apabila tak dipandu dan diarahkan dengan benar.
Coba-coba
Umumnya, pada usia remaja, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang amat besar. Dengan sedikit iming-iming menggairahkan, maka anak-anak bisa terjebak untuk mencoba apakah benar narkoba itu enak atau tidak. Namun, rupanya narkoba bagaikan lumpur hidup yang mampu menjebak orang selamanya untuk berada di situ walau masuk sedikit saja.
Ingin lari dari masalah
Narkoba bagaikan cokelat. Ia menawarkan kenikmatan dan ketenangan dengan candunya. Itulah yang dibutuhkan oleh jiwa-jiwa yang penat dengan masalah. Ia bisa menyingkirkan masalah-masalah rumit dari otak. Namun perlahan-lahan dan dengan tidak disadari, ia membawa malapetaka besar di kemudian hari.
Faktor keluarga yang kurang mendukung
Remaja memang lebih sensitif dan peka pada lingkungan keluarganya dibandingkan pada fase-fase sebelumnya. Melihat keluarganya yang bermasalah, hal itu bisa membuat mereka sedih. Lalu mereka mencari jalan keluar untuk menghilangkan kesedihannya karena merasa kurang diperhatikan karena keluarganya lebih sibuk mengurusi masalahnya sendiri.
Ketika ia salah jalan, narkoba bisa menjadi opsi pelampiasannya karena narkoba menawarkan kenikmatan dan ketenangan yang tidak mereka rasakan saat di lingkungan keluarga. Biasanya kasus ini sering terjadi pada remaja yang tumbuh dalam keluarga broken home.
Pada intinya, seorang user itu mempunyai masalah yang sangat besar dan krisis kepercayaan pada dirinya sendiri. Mereka membutuhkan orang yang peduli terhadapnya, terutama orang yang paling dekat dengannya. Akan tetapi pada kenyataan, masyarakat cenderung mengucilkan user dan menganggap masalah itu adalah masalah dia sendiri.


5. TANDA-TANDA REMAJA AKAN TERJERUMUS NARKOBA
Hal yang harus diwaspadai jika remaja menunjukkan beberapa gejala ini, yaitu:
1. Perubahan perilaku pada dirinya
Biasanya gejala-gejala ini akan terlihat sangat menonjol dan Nampak sangat ganjil. Ia mengalami perubahan yang amat berbeda dengan sebelum ia mencoba narkoba. Bisa jadi ia lebih tertutup atau merasa cepat gelisah.
2. Jadi pemalas
Karena narkoba juga berefek pada organ tubuh, orang yang mencoba narkoba akan merasa mengalami perbedaan pada tubuhnya sehingga ia enggan berbuat banyak hal karena rasa ketidaknyamanan pada tubuhnya itu.
3. Mudah tersinggung
4. Pintar berbohong
Orang yang sudah terlanjur mencoba narkoba dan kecanduan akan sering banyak menyimpan rahasia karena rasa takut jika ia ketahuan mengkonsumsi narkoba.
5. Suka bolos sekolah
6. Pembangkang
7. Ditemukan kertas paper, padahal ia bukan perokok
8. Ditemukan jarum suntik di dalam kamarnya
9. Perubahan pola tidur
Karena narkoba berpengaruh besar pada syaraf, maka syaraf yang mengaturnya untuk tidur pun terganggu dan tak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tak jarang pecandu narkoba sering nampak lelah dan bermata merah karena kurang tidur.

6. CIRI-CIRI PECANDU NARKOBA
Ciri-ciri yang nampak pada tiap-tiap pengguna narkoba itu berbeda-beda tergantung dari jenis apa yang dikonsumsi.
• Ganja
- Mata merah
- Suka melantur
- Merasa senang, kadang juga sedih (tergantung pada pembawaan awal ketika mengkonsumsi ganja)
- Pembohong
• Putaw
- Kusam
- Mudah tersinggung
- Pemalas
- Pembohong
• Ekstasi
- Caranya berbicara melantur
- Hiperaktif
- Pemarah
- Pembohong
• Shabu-shabu
- Bicaranya tidak jelas
- Hiperaktif
- Pembohong

7. TAHAP-TAHAP KECANDUAN NARKOBA
Tidak semua orang yang menggunakan narkoba dapat dikatakan sebagai pecandu. Sebelum seseorang menjadi pecandu narkoba, ia akan melewati tahap-tahap berikut.
• User (pemakai coba-coba)
Remaja menggunakan narkoba pada waktu yang jarang dan hanya sekali-kali saja. Misalnya, menggunakan narkoba sebagai perayaan kelulusan, ulang tahun, dll. Di tahap ini, hubungan user dengan keluarga dan masyarakat masih baik-baik saja. Demikian juga dalam prestasi akademiknya. Hal itu dikarenakan si user masih dapat mengontrol dirinya.
• Abuser (pemakai iseng)
Di tahap ini, seorang user meningkatkan lagi intensitasnya dalam menggunakan narkoba. Narkoba mulai digunakan untuk melupakan masalah, mencari kesenangan, dan sebagainya. Di tahap ini, control diri seseorang mulai berkurang sehingga ia tampak sering bermasalah baik dengan keluarga, masyarakat,dan pendidikan. Konsentrasi mereka mulai melemah.
• Pecandu (pemakai tetap)
Pada tahap ini, seseorang akan kehilangan control sama sekali dalam penggunaan narkoba. Narkoba telah mengontrol mereka. Karena perilakunya sudah tidak terkontrol lagi, maka hubungan pengguna dengan orang lain sudah rusak.

8. TANDA-TANDA SAKAW
Sakaw adalah gejala di mana tubuh seorang pecandu menagih untuk menkonsumsi narkoba lagi. Dengan kata lain, pecandu mengalami kumat untuk minta narkoba lagi. Pada saat-saat ini, pecandu dihadapkan kepada situasi yang serba salah. Jika ia tidak segera mengkonsumsi narkoba, maka tubuhnya menjadi semakin sakit dan menjadi-jadi. Akan tetapi jika keinginan itu dituruti, maka ia tidak akan pernah bisa lepas dari narkoba dan akan selalu begitu. Tanda-tanda orang mengalami sakaw itu berbeda-beda, tergantung jenis narkoba apa yang digunakan.
• Obat jenis opiate: banyak keringat, sering menguap, gelisah, mata berair, gemetar, hidung berair, tak ada selera makan, pupil mata melebar, mual muntah, tulang atau otot sendi sakit, diare, panas dingin, tidak dapat tidur, tekanan darah naik.
• Obat jenis ganja: banyak berkeringat, gelisah, gemetar, tak ada selera makan, mual muntah, diare, tak dapat tidur (insomnia).
• Obat jenis amphetamine: depresif, gangguan tidur dan mimpi bertambah, merasa lelah.
• Obat jenis kokain: depresi, rasa lelah berlebihan, banyak tidur dan mimpi, gugup, ansietas, dan perasaan curiga.
• Obat jenis alcohol atau benzodiazepine: banyak berkeringat, mudah tersinggung, gelisah, murung, mual muntah, lemah, berdebar-debar, tangan gemetar, lidah dan kelopak mata bergetar, bila dehidrasi maka tekanan darah menurun dan seminggu kemudian dapat timbul kemungkinan halusinasi atau delirium.

9. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Apabila dilakukan secara terus-menerus, penyalahgunaan narkoba akan berdampak kepada tiga hal, yaitu fisik, psikis, dan sosial.
1. Fisik
Akan terjadi perubahan pada tubuh secara kasat mata. Pecandu akan mudah mengantuk dan mudah lelah. Pecandu juga jadi sering melamun. Wajahnya tampak tidak segar dan tidak bersemangat. Organ tubuhnya kemungkinan terjadi kerusakan, seperti gagal ginjal, radang usus, lever, gangguan menstruasi, atau gangguan hormon lainnya, dan lain-lain. Pengguna putaw yang sering menggunakan jarum suntik (dispet) dapat tertular HIV maupun hepatitis apabila menggunakan jarum suntik secara bergantian atau juga berhubungan seks dengan orang yang telah tertular pada saat dirasuki narkoba tersebut.
Dalam sebuah seminar tentang narkoba yang diadakan oleh GRANAT, seorang mantan pecandu narkoba mengaku bahwa ketika sakaw, ia bahkan bisa menyakiti tubuhnya sendiri. Ketika sudah tidak ada lagi uang untuk membeli narkoba, sugesti dalam pikirannya mempengaruhi dia agar dia melukai tangannya sendiri dengan silet. Setelah darahnya keluar, ia menghisap darahnya karena ia bersugesti bahwa kandungan putaw yang tadinya ia suntikkan melalui darah masih ada. Bahkan lebih ekstrimnya, ia melukai lidahnya sendiri sehingga sekarang lidahnya rusak karena bekas perbuatannya saat sakaw.
2. Psikis
Sering sekali terjadi perubahan perilaku pada pecandu narkoba secara sangat menonjol dan bertolak belakang dari perilaku mereka sebelumnya. Pola pikiran mereka sederhana saja, hanya berkisar bagaimana cara mendapatkan ‘barang’ (narkoba) di saat yang akan datang. Biasanya muncul khayalan yang tidak jelas pada pecandu, ketakutan yang berlebihan (paranoid), ada pula kemungkinan gangguan kejiwaan secara permanen, malas berpikir, dan sugesti merasa hebat dalam segala hal dari siapapun.
Mereka juga menjadi sangat mudah marah dan minder untuk bergaul. Perasaannya sangat sensitif. Terkadang tidak percaya diri. Intinya mereka sering sekali merasa gelisah seakan-akan takut jika diketahui menjadi pecandu narkoba.
Dampak secara psikis ini sangat tampak sekali pada pengguna psikotropika, terutama jenis halusinogen dan stimulan. Dampak pada psikis inilah yang paling sulit dipulihkan. Hal ini karena menyangkut kejiwaan serta sugesti yang selalu ingin mengulang apa yang pernah ia rasakan.
3. Sosial
Kecenderungan para pengguna narkoba dan pelaku peredaran gelap adalah tertutup dan masa bodoh dengan lingkungan. Mereka berkumpul hanya dengan satu komunitas, para pengguna narkoba saja. Mereka juga rapi dalam menjaga rahasia, cenderung menghindar dari pertemuan ilmiah atau keagamaan. Lebih sering berkumpul dalam keramaian, misalnya di tempat-tempat hiburan untuk mencari atau mengimbangi kesenangan dengan house music.
Dampak dari keluarga, yaitu ia mendapat krisis kepercayaan. Di lingkungan masyarakat, ia akan dikucilkan. Bahkan ia sangat mungkin dijauhi oleh teman-temannya setelah diketahui menggunakan narkoba karena selain menunjukkan perilaku yang cenderung tidak menyenangkan, teman-teman di sekelilingnya akan merasakan ketakutan ikut menjadi pecandu narkoba dan tertular virus HIV-AIDS apabila mendekati user.

10. KAPAN PENGGUNAAN NARKOBA TIDAK DILARANG?
Pembenaran penggunaan narkoba ini hanya mencakup kebutuhan medis dan lembaga-lembaga penelitian. Untuk dunia medis, narkotika biasa digunakan sebagai zat atau obat untuk mengurangi rasa sakit atau bahkan menghilangkan rasa sakit, sehingga sering digunakan pada saat melakukan pembedahan atau operasi. Karena hal inilah, narkotika juga dikenal sebagai obat bius.
Psikotropika secara medis kerap digunakan sebagai obat penenang untuk kasus-kasus depresi atau gangguan kejiwaan, susah tidur, dan lain-lain. Akan tetapi tidak semua narkotika dan psikotropika dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan. Narkotika dan psikotropika dibagi dalam golongan-golongan tertentu. Untuk narkotika dan psikotropika golongan 1, bahkan untuk golongan 2 tertentu, sama sekali tidak dipergunakan sebagai alat maupun sarana pengobatan.
Salah satu dari golongan narkoba yaitu kokain dipakai dalam sebuah minuman bersoda dunia dan hal itu dibenarkan karena kandungan kokain yang tersimpan dalam minuman tersebut tidak melebihi ambang yang ditentukan. Sehingga kita tidak akan mengalami gangguan apapun, kecuali kita mengkonsumsi minuman itu dalam jumlah berlebih.
Sesungguhnya pelarangan narkoba ini hanya mencakup peredaran gelap dan penyalahgunaannya, sebab penggunaan narkoba harus menggunakan ijin dari ahli yang berkompeten. Jika tidak, tentunya akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya jika digunakan oleh orang-orang awam.

11. SOLUSI
Di sini akan ditawarkan dua macam solusi, yaitu solusi yang berupa pencegahan (preventif) dan solusi yang dilakukan setelah remaja sudah telanjur mengkonsumsi narkoba (represif). Di sini tidak akan dibahas tentang bagaimana solusi yang harus dilakukan dari pemerintah akan tetapi solusi yang ditawarkan lebih menjurus kepada pribadi si pecandu dan lingkungan di sekitarnya, sebab undang-undang yang ada sekarang, betapa beratnya hukuman yang akan diganjarkan kepada si pecandu maupun pengedarnya, akan kurang berguna karena yang harus diubah dalam diri si pecandu adalah mindset-nya. Sebab pecandu yang masih terkena cenderung berpikiran, “Yang penting nikmat hari ini! Besok ya dipikir besok!” Sedangkan yang sudah terlepas, masih bisa tersugesti pikirannya untuk mencoba lagi karena godaan bisa saja datang setiap saat, terutama dari komunitas lamanya (komunitas pengguna narkoba dan pengedarnya). Oleh karena itu, komunitas yang lama harus dijauhkan dari mantan pengguna narkoba yang sudah berhasil melepaskan diri dari narkoba.

• Preventif
Solusi yang perlu oleh semua pihak, terutama oleh keluarga, dalam usaha pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah:
Jangan terlalu membebaskan anak dalam bergaul
Mungkin anak merasa akan terbatasi dan sangat tidak menyukainya. Tetapi kita harus memberikan pengertian kepada anak apa maksud dan untungnya dan anak juga tetap diberi kepercayaan dalam memilih teman dan tidak lupa untuk bertanggungjawab. Pengawasan orang tua amat penting untuk anak remaja, terutama karena masa-masa remaja tengah labil-labilnya.
Komunikasi dengan keluarga harus ditingkatkan lebih intens
Setiap hari keluarga harus menyempatkan waktu luang untuk berkomunikasi. Entah itu di meja makan atau saat santai menonton televisi. Keluarga menceritakan apa yang baru saja dialami sehari-hari dan masalah apa saja yang tengah mereka temui. Mungkin terdengar biasa saja, akan tetapi komunikasi bentuk ini jika dilakukan secara intens dapat meningkatkan hubungan batin keluarga.
Segi keamanan harus ditingkatkan

• Represif
Ketika solusi pencegahan di atas tidak mempan dan anak sudah terlanjur menjadi pecandu narkoba, maka cara yang dilakukan pun harusnya berbeda. Berikut ini adalah cara seorang user bisa lepas dari narkoba:
1. Niat
Menumbuhkan niat adalah kunci utama dalam melepaskan diri dari jerat narkoba. Apabila dalam diri seseorang sudah ditanamkan kuat bahwa ia harus pulih dan menjauhi narkoba, segawat apapun godaan dan sugesti untuk mencoba mengkonsumsi narkoba lagi pun akan tidak mempan. Oleh karena itu, kita harus memusatkan pada pikiran kita agar dapat mengkomando seluruh tubuh kita untuk menolak narkoba.
2. Mencari komunitas baru
Tentunya komunitas-komunitas positif yang dapat menjauhkan kita dari jerat narkoba. Agar tidak salah, kita perlu menyeleksi juga komunitas apa yang akan kita masuki. Jangan sampai kelihatan luarnya saja positif, tetapi setelah kita masuk di dalamnya, malah masuk ke kandang harimau. Komunitas ini penting artinya apalagi dalam hal dukungan untuk menjauhi narkoba. Dalam komunitas yang baru ini diharapkan akan ditemui orang-orang yang peduli dan memiliki perhatian lebih kepada si user.
3. Rehab
Kini telah banyak lembaga-lembaga rehabilitasi dibuka untuk para pecandu narkoba mengingat kecenderungan pecandu narkoba dari tahun ke tahun selalu bertambah. Bahkan banyak di antaranya menggabungkan terapi pemulihan dengan kegiatan keagamaan untuk pemulihan pecandu narkoba yang lebih mantap.
4. Harus berani untuk meninggalkan komunitas yang lama
Yang dimaksud dengan komunitas lama di sini adalah kawan-kawan user yang turut menjadi pecandu narkoba, karena pada umumnya user bisa mengenal narkoba dari orang lain yang umumnya adalah temannya. Kemudian mereka secara sengaja maupun tidak sengaja menjadi satu komunitas pecandu narkoba. Mustahil rasanya seorang user mengenal narkoba tanpa bantuan orang lain.
Dengan meninggalkan komunitas yang lama ini, diharapkan si user akan dijauhkan dari pengaruh-pengaruh jahat komunitas lama untuk mengkonsumsi narkoba lagi. Istilah si user dijauhkan dari godaan-godaan narkoba.
5. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif
Di sini kita diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyibukkan kita dan dapat mengalihkan perhatian kita agar otak kita tidak bersugesti untuk mengatakan, “Aku mau narkoba! Aku mau narkoba!”
6. Memperdalam iman. Kita harus menyadari bahwa kita adalah manusia yang lemah dan gampang terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Maka kita harus rajin berdoa dan juga tak lupa mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang akan menyadarkan kita agar tidak terjebak ke dalam nikmat dunia yang hanya sesaat.

Kesimpulan
• Mengatasi narkoba bukan saja tentang masalah memulihkan seorang pecandu, akan tetapi juga mencegah seseorang bisa terkena narkoba dan juga menghilangkan penyebaran narkoba atau membasmi akarnya (pengedarnya).
• Pada intinya, seorang user itu mempunyai masalah yang sangat besar dan krisis kepercayaan pada dirinya sendiri. Mereka membutuhkan orang yang peduli terhadapnya, terutama orang yang paling dekat dengannya. Akan tetapi pada kenyataan, masyarakat cenderung mengucilkan user dan menganggap masalah itu adalah masalah pengguna narkoba sendiri.

Saran
• Bagi keluarga, sebelum anak terkena pengaruh narkoba, sebaiknya memberikan perhatian yang cukup kepada anak terutama pada usia remaja. Di usia remaja yang sedang labil-labilnya, anak membutuhkan bimbingan dan sharing pengalaman dari orang tua. Orang tua harus mampu mengawasi anak tanpa si anak merasa bahwa orang tuanya itu terlalu overprotected.
• Jangan jauhi pengguna narkoba. Sebaiknya berikan dia kasih sayang dan tunjukkan kepedulian kita demi pulihnya dia dari pengguna narkoba. Lakukan pendekatan yang tidak seakan-akan mengadili dan terus memojokkan pengguna. Apabila kita semakin menyalahkan dan memojokkan pengguna, justru pengguna sendiri yang akan meninggalkan kita dan tidak memperdulikan kita. Apalagi kontrol dirinya sudah rusak karena narkoba.


DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F.X., dkk. 2003. Perutusan Murid-Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK 2B. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ghozali, Imam. 2006. Modul Seminar GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkoba) “Gerakan Berbasis Oragnisasi Napza dalam Melawan Penyalahgunaan Narkoba”.
Sukarno, Dhana. 2006. Modul Seminar GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkoba) “Mendeteksi Dini Penyalahgunaan Narkoba”.
Willy, Heriadi. 2006. Modul Seminar GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkoba) “Pemahaman Narkoba Secara Singkat”.