Wednesday 26 January 2011

Menjadi Kekasih Gareth Gates dalam Balutan Romeo Juliet

Pada suatu siang, saya tengah asyik bermain petak umpet di area kantor Papa di Solo. Karena petak umpet memerlukan banyak orang, tentunya saya tak sendiri. Ada Maria Martensita (Sita) dan Pritha Pratiwindya (Pritha) dalam mimpi saya. Entah karena apa mereka berdua dapat masuk dalam mimpi saya. Yang jelas saya tak memikirkan mereka sebelum saya tidur.

Ketika tengah berada di klimaks permainan, kami melihat Pak Achmad Dadi (guru mata pelajaran elektronika semasa SMP di SMP N 1 Yogyakarta). Dari raut wajahnya, nampaknya sungguh-sungguh ia tak suka dengan petualangan kami di situ. Ia datang dan seketika juga hendak memarahi kita. Begitu menghampiri kami, belum sampai murka dan lebih-lebih mengusir kami, tiba-tiba Pritha jatuh dari atas langit-langit tepat ke atas tubuh Pak Achmad Dadi. Usut punya usut, ada langit-langit yang bolong. Kebetulan sekali Pritha dan Sita sedang ngumpet di sana saat main petak umpet. Yang terjadi selanjutnya adalah Pak Achmad Dadi jatuh pingsan. Kehabisan oksigen mungkin. :p

Usai itu, game diakhiri. Mungkin karena ada korban jiwa sampai-sampai kita sangat perlu untuk melarikan diri. Yang sebelumnya mengumpet pun keluar dari area amannya. Ternyata peminat game ini sungguh banyak dari yang dikira. Bahkan ada dua orang anak yang saya tengarai mengenakan kostum unik. Satu berkostum ksatria baja hitam dan satu lagi mengenakan kostum astronot berwarna putih. Saya tidak mengenal siapa sosok di balik kostum tersebut, yang jelas keduanya lelaki. Akan tetapi di punggung pria berbaju asronot tersebut bertuliskan GARETH GATES berwarna hijau. Menyadari bahwa ia adalah idola saya dalam usia SMA, saya langsung terkaget-kaget, histeris, dan berteriak tentunya. Ini wajar sekali karena saya teramat sangat mengidolakannya.
Tiba-tiba Gareth langsung mengambil langkah seribu. Entah karena penyamarannya terbongkar atau karena dia tahu saya adalah fans berat dia, yang begitu bertemu akan mengunyel-ngunyel dia. Lantas saya tak diam saja. Toh saya punya kaki yang normal untuk mengejarnya.




Akhirnya Gareth berhenti di suatu tempat dan ia terpaksa harus naik ke atas pohon demi menghindari fans sekelas saya. Di bawah pohon itu juga, saya mengatakan berbagai macam hal yang hingga saat ini saya juga tidak tahu apa. Tapi sepertinya saya sedang mengutarakan perasaan saya tentang dia. Bahwa saya sangat mengidolakan dia, saya menyukai dia, blablabla...

Saat itu penampilan fisik saya baru nampak. Saya mirip dengan Juliet dalam film Romeo Juliet yang mana Leonardo Di Caprio ikut bermain di dalamnya. Baik dalam kostum dan rambut, terkecuali wajah (karena wajah saya nampak tidak begitu jelas dalam mimpi) dan properti sayap. Sesaat setelah saya bicara panjang lebar, ngalor ngidul, tiba-tiba Gareth luluh sekali mendengar perkataan saya. Seketika ia turun dari pohon yang sudah tak bisa tumbuh daunnya dan MEMELUK SAYA!!! Kami berdua benar-benar nampak seperti Romeo Juliet dalam film itu.




Sesi itu saya inisiasikan dengan sesi nembak dan saya pun resmi menjadi KEKASIH GARETH GATES! Betapa senangnya hati saya. Akan tetapi, bagian film barat kembali masuk dalam mimpi indah saya ini. Kalau tahu film berjudul “Children of the Corn” yang seram itu, maka bagian di mana anak-anak dalam jumlah amat banyak mengerumi kereta api itulah yang masuk dalam mimpi. Untungnya kami bukan sasaran mereka. Kami pun dapat melenggang kangkung di antara massa yang sadis itu.
Usai itu, kami berjalan bersama ke Gereja Ganjuran. Berjalan kaki saja sambil bergandengan tangan. Romantis sekali! Kami hendak ke sana untuk mendoakan kami yang baru saja jadian. Sampailah kami di Gereja yang ternyata dekat sekali. Kami sudah di tempat untuk berdoa dan bersujud. Tiba-tiba Bella Stasia datang. Entah untuk apa, tapi sepertinya ia hendak mengajarkan kami tata cara doa di sana. Dan setelah itu, gelap! Mimpi berakhir.