Monday 31 March 2014

Rahasia di Balik Syal Ibu Menteri

Yogyakarta (12/12). “Sejenak setelah Presiden SBY berpidato tentang cinta produk dalam negeri, ibu itu cepat-cepat menurunkan syalnya yang melambai-lambai karena AC. Pemandangan itu mengusik saya sekali karena ibu itu benar-benar gelisah dan tak nyaman. Saya ikuti dia hingga beranjak pergi dari lokasi. Pada sebuah tangga, syal itu kembali melambai-lambai. Tersingkaplah apa di balik syal itu. TAS LOUIS VUITTON!”
Begitulah Wisnu Nugroho, wartawan Harian Kompas menggambarkan betapa serunya menjadi wartawan. Rasa skeptis, yang bisa jadi orang bilang “kurang kerjaan”, membawanya pada sejumlah petualangan dan hal-hal baru yang tidak semua orang bisa dekati.
Kala itu, Wisnu tengah mengisi workshop Menulis Jurnalistik dalam acara “Kompas Saba Kampus” yang bertempat di Unversity Club, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia menceritakan pengalamannya di tahun 2008 di mana dunia tengah terkena krisis ekonomi. “Presiden SBY menganjurkan rakyat Indonesia agar menggunakan produk buatan dalam negeri supaya perekonomian Indonesia tidak begitu berdampak,” papar Wisnu.
Rasa skeptis Wisnu semakin menjadi kala memberanikan diri mengunjungi galeri Louis Vuitton, yang pada tahun itu juga baru dibuka di Jakarta. “Saya agak grogi. Waktu masuk, saya langsung dikawal dua orang pegawai di sana,” terang pria berkacamata ini. Pria itu lanjut melakukan verifikasi dengan mencari tas yang mirip seperti milik ibu menteri. “Ternyata tidak ada label harga. Saya tanya dan mereka langsung membawa saya ke kasir. Aduh, mampus gue! Jangan-jangan langsung disuruh bayar!” kisahnya semakin bersemangat.
Usut punya usut, “Tas ala ibu menteri itu seharga Rp 37.000.000,00!” Wisnu dan tentunya para peserta workshop, amat tercengang. Bagaimana tidak? Para menteri yang pernah mengeluh karena gaji tak mencukupi, ternyata tidak sia-sia membeli tas bermerk seharga hampir 20 kali lipat gaji masyarakat kebanyakan.

Masih banyak lagi cerita-cerita seru yang ia dapatkan selama ia menjadi wartawan Harian Kompas, terlebih ketika ia harus meliput tentang Presiden SBY di istananya. Bagi Anda yang berhalangan mengikuti workshopnya, silahkan cek buku Tetralogi Pak Beye yang ditulis sendiri oleh Wisnu Nugroho atau menengok blognya di Kompasiana. (Vit)