Sunday 11 April 2010

PENGALAMAN PERTAMA MENONTON FILM DI BIOSKOP

Pertama kali aku menonton film adalah kira-kira ketika berumur enam atau tujuh tahun. Film yang kutonton adalah Power Rangers. Judul tepatnya aku sudah lupa karena hal ini telah melewati masa yang sangat lampau. Pada masa-masa itu, grup superhero berwarna-warni ini memang sedang ngetop-ngetopnya. Bermula dari serial yang ditayangkan televisi, Power Rangers menjadi tokoh yang sangat diidolakan anak-anak seumuranku pada masa itu. Mereka siap membela keadilan dan kebenaran, serta menolong yang lemah dari musuh-musuh yang dikirim dari planet seberang. Biasanya musuhnya itu berwujud monster.
Ketika mengetahui monster tengah merajarela, sekelompok remaja merubah wujudnya menjadi sekumpulan superhero berwarna-warni. Ada yang mengenakan kostum berwarna hijau, biru, dan merah. Mereka adalah Power Rangers yang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan yang perempuan mengenakan kostum berwarna pink dan kuning. Aku paling menyukai ranger berwarna pink dan hijau karena mereka adalah ranger paling tampan dan cantik.
Setelah merubah wujudnya, mereka bertempur dengan monster di daerah padang pasir. Power Rangers kemudian mengerahkan segala tenaganya untuk melawan monster dan akhirnya monster kalah. Setelah itu, boss musuh di planet seberang (yang kebetulan perempuan dan mengenakan jubah, tongkat, serta mahkota yang aneh) tampak mengomel-ngomel atas kekalahan tersebut.
Aku sendiri sudah lupa apa yang diceritakan dalam film ini. Tapi ada satu scene yang sampai sekarang masih kuingat, yaitu saat salah satu ranger perempuan (masih dalam wujud manusia biasa) mendarat setelah melakukan terjun payung dalam suatu perlombaan. Hal lain yang mengesankan adalah aku menonton film ini ketika liburan di kota Purwokerto sehingga aku bisa menontonnya beramai-ramai dengan mama, kakak, om, tante, dan sepupuku. Sebuah kebersamaan yang belum tentu bisa terulang. Kami berangkat bersama dengan bus kota. Karena bus penuh, maka kami berdiri di dalam bus. Sayangnya, bioskop yang terletak di dekat swalayan MORO itu sekarang sudah tidak ada lagi. Bioskop tersebut sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan setelah sekian lama dianggurkan.
Ritual yang kulakukan sebelum menonton film tersebut adalah membeli popcorn dan minuman untuk menemani acara menonton. Akan tetapi, sekarang aku tidak pernah melakukannya lagi karena aku sudah jarang ke bioskop dan kalaupun iya, aku merasa tidak perlu membeli popcorn karena aku bisa bertahan di dalam bioskop selama kurang lebih dua jam tanpa rasa lapar dan haus. Lagipula tidak enak pula ketika tengah asyik menonton, tiba-tiba kita ingin ke toilet atau konsentrasi mengurus makanan. Paling-paling, ritual yang kulakukan adalah berbincang-bincang mengenai film setelah film usai sambil berjalan. Apakah film tersebut asyik atau endingnya kurang menggigit, dll. Kemudian keesokan harinya aku akan menceritakan pengalaman serta cerita dari film tersebut pada teman yang kutemui.

No comments:

Post a Comment