Sabtu (07/10) lalu, suasana Halaman Gedung Pascasarjana Fisipol UGM tidak sama seperti biasanya. Sejumlah tenda berdiri disertai beberapa hiasan yang menarik. Di depannya terdapat sejumlah karangan bunga bertuliskan “Selamat Ulang Tahun, Bang Hadi”. Itulah yang terlihat dari Malam Apresiasi dan Reuni Jurusan Ilmu Komunikasi UGM.
Acara yang diselenggarakan sebagai rangkaian hajatan “Tribute to Ashadi Siregar” tersebut seharusnya dimulai pukul 18.00. Namun, acara terlambat karena Ashadi, yang akrab disapa Bang Hadi, belum datang. Sembari menunggu, tamu undangan yang berdatangan mendaftarkan diri di resepsionis, lalu menuliskan pesan di sebuah dinding untuk Bang Hadi. Mereka juga memandangi foto Bang Hadi yang ada di sebuah bilik bambu.
Tak lama kemudian sosok bersahaja, berkacamata, dan berkemeja hitam muncul. Dialah Ashadi, yang muncul ditemani keluarganya. Bang Hadi adalah seorang mantan staf pengajar dari Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. Karena telah mendapatkan surat pensiun, diadakanlah acara perpisahan dengan pria yang telah berjasa mengharumkan nama UGM, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi tersebut.
Begitu datang, alumni-alumni dari Jurusan Ilmu Komunikasi pun langsung menyambutnya. Mereka pun terlibat dalam sebuah pembicaraan. Ketika selesai berdiskusi, ia pun menyantap hidangan yang telah dipersiapkan. Begitu selesai, ia langsung didaulat untuk duduk di barisan terdepan.
Rangkaian acara pun dimulai. Dodi Ambardhi, dosen komunikasi, menaiki panggung untuk memberikan pidatonya. Sesudahnya, ditampilkan slide-slide foto Ashadi, kemudian sambutan dari Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Budhy Komarul Zaman.
Acara yang ditunggu pun tiba, sesi tumpengan. Sesi tumpengan tersebut tidak ubahnya seperti kue pada perayaan ulang tahun pada umumnya. Maka, Ashadi pun memotong puncaknya tepat di hari ulang tahunnya yang ke enam puluh lima. “Selamat ulang tahun, Bang Hadi!” kata MC.
Setelahnya, Ashadi pun naik ke podium dan memberikan pidatonya. Ia mengucapkan rasa terimakasihnya kepada seluruh alumni yang telah menyelenggarakan acara tersebut. Ia pun memberikan wejangan terhadap beberapa staf pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi dalam pidatonya. “Perubahan ilmu komunikasi semenjak Perang Dunia II tidak begitu berpengaruh pada jurusan. Saya titipkan jurusan komunikasi untuk tetap diperdebatkan,” pesannya.
Pidato Ashadi pun ditutup dengan gelak tawa meriah peserta undangan. Ia mengucapkan rasa harunya atas kejutan berupa acara untuk dirinya. Namun ia tetap berusaha untuk menutupinya sehingga timbullah mimik dan ucapan yang berkelakar darinya.
Sosok Ashadi memang layak untuk dikenang. Berbagai pendapat positif mengenai dirinya bermunculan. Seperti Saur Hutabarat , Pemimpin Redaksi Media Indonesia “Dia melihat segala sesuatu dengan pikiran yang berbeda.” Ditambahkannya, pria yang juga menulis novel Jentera Lepas itu berpikir atas dasar-dasar empirik. Ia tidak tergoda dengan pragmatisme. “Bang Hadi adalah orang yang jujur dan lugas,” jelasnya. Tak heran bila Bang Hadi disebut sebagai penjaga akal sehat dari Kampus Biru. Bagi Saur, Bang Hadi tidak akan pernah pensiun. Ia hanya pensiun secara administratif, namun ia akan tetap berkarya di bidang jurnalistik.
Tidak hanya itu, pria yang lahir di Pematang Siantar tersebut juga sangat giat di bidang media. Ia sempat menjadi pemimpin redaksi di koran , meski akhirnya dilarang terbit oleh pemerintah Orde Baru setelah terbitan yang ke-13. Walaupun diadili, ia tidak kenal kata menyerah. Tahun 1999, ia dipercaya lagi menjabat sebagai pemimpin redaksi di Surabaya Post. Bahkan kini Bang Hadi masih menjabat sebagai direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y) sejak tahun 1992. LP3Y itulah yang kini menghasilkan sejumlah wartawan-wartawan handal.
Selain sebagai staf pengajar dan wartawan, pria kelahiran 3 Juli 1945 ini juga dikenal sebagai novelis handal. Beberapa novel yang telah ditulis dan meledak di pasaran antara lain Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, dan Terminal Cinta Terakhir. Cintaku di Kampus Biru-lah yang semakin mengharumkan nama UGM, hingga UGM dikenal dengan sebutan ‘Kampus Biru’.
Uniknya, tidak ada satupun dari keluarganya yang memiliki profesi yang sama dengannya. Istrinya, Helga, berkecimpung dalam bidang desain grafis. Sementara itu, Banua, putra sulungnya, memiliki minat dalam hal fotografi. Messa, putra bungsunya lebih menyukai dunia psikologi. Ashadi pun memilih untuk tidak mencampurkan urusan rumah dan pekerjaan. Namun, Messa berpendapat bahwa ayahnya adalah teman diskusi yang baik. “Diskusi macam-macam. Mulai politik, sosial, dan lain-lain,” ujarnya.
Mengenang Ashadi, tidak akan pernah cukup dalam sebuah acara. Namun, setidaknya acara yang digagas Jurusan Komunikasi UGM ini merupakan apresiasi atas perjuangan Ashadi selama ini. Di akhir acara, pria yang menerima Satyalencana Karya Satya XXX pada tahun 2007 ini memberikan pesan singkat tetapi sarat makna bagi Ilmu Komunikasi UGM,” Bagi teman-teman muda untuk tetap saling berkomunikasi.”
Vita
NB:
berita keduaku yang dipublikasikan. Bisa juga dibaca di http://www.bulaksumur-online.com/component/content/article/1-latest-news/165-apresiasi-dan-reuni-untuk-bang-hadi.html
No comments:
Post a Comment