Thursday 16 February 2012

KEBOHONGAN TERMEHEK-MEHEK


                Siapa yang tidak mengenal reality show berjudul Termehek-Mehek? Semua orang yang memiliki akses menonton Trans TV, pasti mengenalnya. Dilihat dari judulnya, kelihatannya remeh sekali acara ini. Akan tetapi jangan salah! Dari sederet nama-nama reality show yang pernah ada di Indonesia, Termehek-Mehek merupakan salah satu yang paling sukses. Bayangkan saja! Pada awal penayangannya, rating acara ini begitu tinggi. Animo masyarakat terhadap acara ini pun besar. Tak heran jika acara ini sempat memenangkan salah satu penghargaan bergengsi beberapa waktu lalu. Pamor pembawa acaranya, Mandala dan Panda, juga ikut-ikutan tinggi.
                Namun di balik kesuksesannya, penonton harus menyadari apa yang selama ini telah membuatnya terpana. Termehek-Mehek tidaklah seindah yang dilihat. Konflik-konflik yang terjadi di dalamnya justru terjadi karena dramatisasi yang dilakukan oleh kru, pembawa acara, dan klien itu sendiri. Artinya, mereka bertiga sedang melakukan drama yang dibentuk seolah-olah seperti kejadian nyata atau reality show. Orang yang memerankan klien pun dibayar atas perannya. Tak jarang kita mendengar ada orang di sekitar kita yang mengatakan sempat ditawari bermain di Termehek-Mehek.
                Hal itu cukup mengindikasikan kepada kita bahwa Termehek-Mehek telah melakukan kebohongan atas genre acara mereka. Kebohongan Termehek-Mehek bahkan dapat dilihat dengan beberapa hal berikut:
·         Shoot tidak rasional
Penonton dapat menemukan sejumlah shoot yang aneh. Bagaimana mungkin dalam keadaan yang ribet dan berada di dekat orang yang marah, kameramen dapat mendekati orang tersebut, kemudian mengambil detil emosi orang yang marah tersebut?
·         Adegan dibuat-buat
Hal ini bisa dilihat dari cerita yang monoton. Setiap episode selalu saja ada pertengkaran. Di samping itu, ada plot cerita dalam Termehek-Mehek. Ada pembuka, konflik mulai terindentifikasi, klimaks, turunnya klimaks, dan penyelesaian. Sejumlah kejadian yang pada umumnya sulit terekam kamera, dapat direkam juga di Termehek-Mehek dan itu bukan kebetulan.
Bagaimana pula Mandala dan Panda bisa menemukan orang yang dicari klien dalam waktu paling lama tiga hari? Proses pencarian orang, apalagi yang sudah sangat lama hilang, tentunya memerlukan waktu lebih dari seminggu. Ini kontras sekali dengan Termehek-Mehek yang hadir seminggu dua kali di layar kaca.
Kita juga dapat mengamati ekspresi masing-masing klien. Meskipun dalam sejarahnya, Termehek-Mehek merupakan reality show terbaik yang dapat mengatasi masalah mimik pemerannya, tetap saja hal ini tak dapat ditutup-tutupi. Penonton tetap dapat melihat ekspresi yang tidak alami tersebut.
·         Persetujuan semua pihak
Di akhir acara, kita dapat membaca credit yang tertera di bagian bawah layar kaca. Selain nama-nama kru dan sponsor, dapat kita temukan tulisan yang kurang lebih berbunyi: “penayangan program ini telah disetujui oleh semua pihak”. Ini kontras sekali mengingat sudah ada banyak sekali pemain yang ketika disyuting, justru menutup-nutupi dan menghalau kameramen untuk pergi dan tidak mengambil gambar wajahnya.
·         Ada edisi spesial
Sangat ironis sekali bahwa reality show yang nampak sangat sibuk mencari orang hilang, justru sempat membuat edisi khusus di waktu tertentu. Misalnya edisi Ramadhan atau Lebaran. itu artinya, sudah ada treatment dalam Termehek-Mehek.

Penjelasan di atas belum cukup juga untuk menunjukkan kebohongan Termehek-Mehek. Perasaan benci saya semakin memuncak tatkala reality show besutan Helmi Yahya ini, melakukan syuting di Yogyakarta. Beberapa kebohongan nampak sangat jelas bagi saya yang penduduk Yogya asli.
Pada episode tersebut, diceritakan ada seorang kakek yang berprofesi sebagai kusir andong di kawasan wisata Malioboro. Ia hendak mencari putri dan cucunya yang sudah lama lepas kontak darinya. Akhirnya duo Mandala dan Panda (sempat-sempatnya) sekalian saja berjalan-jalan mengitari kota Yogyakarta dengan andong. Salah satu rute mereka melewati puskesmas yang terletak di jalan Diponegoro.
Setelah acara jalan-jalan, barulah mereka memulai pencarian putri si kakek tadi. Akhirnya mereka sampai ke area Universitas Gadjah Mada (UGM). Tepatnya di bundaran Magister Manajemen UGM, arah menuju Fakultas Teknik UGM. Anehnya, bundaran tersebut menjadi tempat mangkalnya para tukang becak. Hal ini sangat berbeda dengan fakta di lapangan. Bundaran tersebut dilarang digunakan untuk pangkalan becak. Kenyataan sehari-harinya tempat itu selalu sepi dan bersih dari becak.
Tak hanya itu. Mereka juga sempat melakukan pencarian di Kaliurang. Tiba-tiba jantung si kakek kumat. Mandala dan Panda memutuskan untuk membawa kakek tersebut ke rumah sakit terdekat. Kenyataannya kakek itu dibawa ke puskesmas yang terletak di Jalan Diponegoro tadi, bukan ke rumah sakit terdekat. Padahal jarak antara Kaliurang dan Jalan Diponegoro jelas-jelas sangat jauh dibandingkan Rumah Sakit Sardjito atau Panti Rapih.

2 comments:

  1. setuju
    awalnya suka nonton termehek-mehek
    tapi lama kelamaan kok ada yang ganjil
    abis itu udah deh langsung saya cap sendiri klo termehek2 adalah acara yang sudah di setting sebelumnya, hehe

    ReplyDelete
  2. hehehe... rasa-rasanya kok reality show yg beneran reality (menurut saya) kok cuma katakan cinta ya? sayang acara itu udah ga ada. padahal bagus

    ReplyDelete