Thursday 16 February 2012

BIAS POLITIK


Bias politik kadang-kadang tampak hanya menjadi isu penting dalam hubungan antara politik dan media massa. Ini adalah suatu topik yang mana dijamin untuk menyalakan kemarahan politikus dan penasihat media. Mereka semua mengeluarkan usaha yang sungguh-sungguh dalam menembak komplain tentang perlakuan mereka oleh pewawancara dan jurnalis.
Mengapa bias menempati banyak ruang? Jawabannya tersembunyi di mana bias diikat pada asumsi fundamental tentang “kekuasaan” dan “demokrasi”. Ini diasumsikan bahwa, dalam demokrasi, tidak ada satu pun kelompok atau seperangkat kepentingan yang secara sistematis lebih disukai melebihi yang lainnya dan bahwa informasi yang tersedia untuk warga adalah akurat dan berimbang. Di bawah kondisi tersebut, prinsip-prinsip kesamaan politik dan akuntabilitas bisa berjalan.
Yang membuat bias menjadi masalah adalah pemikiran bahwa media dapat menyatakan tidak benar dan menghalangi proses demokrasi jika mereka mengubah representasi dunia. Jika media secara sistematis mempromosikan beberapa kepentingan dan keterangan yang salah, proses demokrasi tidak akan berjalan efektif. Dalam mengidentifikasi bias, kritik media menyuarakan ketakutan yang salah tafsir atau sikap memihak yang mempunyai konsekuensi penting untuk jalan orang menghormati dirinya sendiri, bagaimana mereka dihargai orang lain, hasil proses politik dan praktek demokrasi.
Bias akan menampakkan sedikit banyak masalah jika:
a)      anda mengadopsi nilai berbeda dari demokrasi,
b)      anda tidak berpikir bahwa representasi dunia sebenarnya membentuk pikiran dan praktek di dalamnya.
Bias merujuk kepada sejumlah sokongan sistematis dari suatu posisi, tetapi ia memiliki implikasi lebih jauh. Ia memerlukan penilaian kritis. Untuk menyebut seseorang atau nilai dibiaskan, adalah untuk menantang validitasnya dan untuk melihatnya sebagai kegagalan untuk jujur, tidak berat sebelah, obyektif, dan seimbang, Hal itu mengimplikasikan petunjuk kontras pada kompleksitas bias dan sebab itu, perlu melihat lebih dekat pada apa yang dimaksud.

Definisi Bias
Apakah bias dan lampiran signifikan apa yang ada di dalamnya, biasa bermacam-macam. Selalu ada penggambaran berbeda antara di mana ia dapat diterima dan di mana ia harus dikutuk. Faktanya adalah ia merupakan bagan yang kompleks dan termediasi secara institusional tidak menguranginya untuk sebuah kategori kosong. Bias dekat dengan perlawanan, di mana ia digunakan secara berkelanjutan dalam diskusi media dan ditempatkan dalam ide ketentraman legitimasi politik, menggarisbawahi kebutuhan untuk memberi atensi.
Ken Newton: “Media yang netral akan menunjukkan cerita yang adil dan penuh dari fakta-fakta”. Akan tetapi, hal ini sangat mustahil dilakukan karena:
  1. Praktek rutin harian media mengurangi perlawanan dalam memberikan sebuah cerita penuh. Media juga merupakan konstitusi bisnis yang harus menjamu pasar (audiens, pengiklan), oleh karena itu mereka juga harus melaporkan sesuatu yang merupakan kebutuhan pasar pula. Di samping itu, reporter tidak bisa merekam semua fakta yang terjadi di lapangan.
  2. Fakta yang dipilih menjadi bagian cerita dengan sebuah narasi yang menghubungkannya bersamaan. Ada proses-proses seleksi dan interpretasi yang menyebabkan pelaporan menyimpang dari idealnya menceritakan fakta.

Tipe-Tipe Bias
  • Bias Partisan
Bias yang disebabkan oleh eksplisitas dan dipromosikan dengan bebas. Contohnya, komentar editorial yang merekomendasikan dukungan untuk salah satu partai politik atau mengambil segi-segi dalam sebuah kontroversi polisi.
  • Bias Propaganda
Terkait di mana sebuah cerita dilaporkan dengan sengaja membuat sebuah kasus untuk sebuah keterangan partai, kebijakan, atau sudut pandang, tanpa secara eksplisit menyatakan hal ini.
  • Bias Tanpa Disadari (Unwitting Bias)
Bias yang dapat disebabkan oleh pilihan-pilihan sulit mengenai apa yang dimasukkan dan apa yang tidak dimasukkan. Seperti misalnya, halaman yang terbatas pada media cetak, atau slot waktu yang terbatas dalam jadwal media penyiaran.
  • Bias Ideologis
Bias yang tersembunyi dan tidak dibutuhkan, dan hal ini bisa dideteksi hanya bila kita membaca keseluruhan teks, di mana asumsi yang tersembunyi dan pertimbangan nilai baru nampak. Perhatiannya adalah pada perlawanan norma di mana berita diciptakan.
Mencari bias bukan hanya perkara membaca berita atau transkrip, tapi juga tentang membangun metode yang dapat memotret apa yang dikatakan secara implisit sebaik yang eksplisit. Sekaligus juga menyediakan sebuah teknik yang bisa digunakan oleh yang lainnya (atau dapat mengajak yang lainnya menemukan keterangan-keterangan).
Untuk tujuan mendemonstrasikan keberadaan bias, tim Miller mengkombinasikan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kuantitatif bekerja pada sebuah versi analisis konten. Ini bertujuan untuk menyediakan sebuah metode ilmiah untuk merekam penggunaan kata-kata dan gambar. Ia difokuskan pada frekuensi di mana sejumlah kata-kata digunakan untuk mendeskripsikan sebuah peristiwa. Ia mengamati ruang (dalam waktu atau panjang kolom) untuk item berita yang berbeda. Ia mempersilahkan periset untuk mengamati frekuensi dengan sejumlah kata-kata yang digunakan cara kata-kata dikombinasikan.
Kerja kualitatif adalah cenderung menggambarkan semiotika dan kerja pelopor Roland Barthes dan lainnya. Pendekatan ini terkait dengan cara makna dikandung dalam apa yang tidak dikatakan sebaik yang dikatakan dalam bentuk gambar dan kesan-kesan sebanyak dalam kata.
Masing-masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekayaan interpretasi disediakan oleh semiotik yang dibatasi oleh masalah komparabilitas (bisa diperbandingkan) dan replikabilitas. Seseorang harus membaca sebuah teks yang lebih disukai daripada yang lainnya karena analisis isi paling tidak memperbolehkan untuk perbandingan sistematis, akan tetapi pada berharganya mengurangi makna pada kata-kata. Kebanyakan berusaha untuk mengidentifikasi bias menggunakan kedua teknik tersebut. Ini penting, oleh karena itu, dalam menilai usaha tersebut, harus berhati-hati karena:
  • Bias tidak bisa secara sederhana dilihat,
  • Dalam mendeteksi bias, tidak mungkin untuk membuat persetujuan universal tentang interpretasi benar.

Studi-Studi Berita Buruk
The Glasgow University Media Group (GUMG) mengklaim bahwa “Berita tidak netral dan bukan fenomena natural. Ia lebih kepada produksi manufaktur ideologi.” Periset GUMG berpendapat bahwa meskipun berita merepotkan fakta, ia memproduksi cerita miring. Ini karena cara-cara khusus fakta dipresentasikan. Fakta terletak pada tema cerita yang dominan, semacam tema yang dibangun pada kerangka dasar referensi, asumsi dasar tentang masyarakat yang dilihat dalam cara-cara khusus, di mana sering menghalangi peliputan penuh dan sebenarnya dari peristiwa yang ditanyakan.
Untuk memvalidasi klaim ini, GUMG meminjam metode semiotik dan analisis isi. Tidak hanya mengamati praktek kerja dalam newsroom, mereka juga memperiksa detil-detil laporan subsekuen. Mereka menganalisis kata, sudut kamera, format presentasi, tingkat nada dan setting orang yang diwawancarai. Riset mereka terkait untuk membuka verbal dan grammar visual, penggunaan grafis dan ekspresi simbolik lain, penggunaan headline, siapa yang diinterview, cara informasi diorganisasikan, dan penjelasan implisit dan eksplisit yang diambil. Presentasi berita media kemudian diatur lagi melawan penjelasan alternatif dari situasi yang sedang dilukiskan.


Manufacturing Consent (Memproduksi Persetujuan)
Herman dan Chomsky (1988) meneliti lebih jauh dari GUMG. Mereka tidak membuka bias, melainkan menjelaskannya. Hipotesis mereka adalah perbuatan pers Amerika untuk menyokong kepentingan kebijakan asing pemerintah Amerika, karena ada produk ideologi khusus dan kepentingan material khusus yang mereka inginkan. Penjelasan mereka berada pada pemikiran bahwa perilaku media Amerika sebagai propagandis untuk kepentingan korporasi yang dominan di Amerika.
Mereka menulis, “Kebanyakan pilihan-pilihan dibiaskan di media muncul dari pra-seleksi berpikir benar orang, pra-konsepsi terinternalisasi, dan adaptasi personel pada ketidakleluasaan kepemilikan, organisasi, pasar, dan kekuatan politis.” Herman dan Chomsky juga berbeda dengan GUMG pada luasnya, bahwa mereka membandingkan hasil dari keragaman outlet media di mana GUMG berkonsentrasi, paling tidak pada kerja formatifnya, hanya pada salah satu.

Kritik Riset Bias
  • Meskipun sangat banyak bangunan analisis formal, hasilnya memperlihatkan sesuatu pada asumsi utama periset, serta tidak membuat penghargaan untuk kondisi di bawah jurnalis yang bekerja.
  • Bias yang dideteksi oleh GUMG tidak akan bisa dilihat sedemikian rupa oleh pengamat lainnya. Efeknya GUMG selektif dalam menggunakan data dan memilih segi-segi yang menampilkan argumen mereka.
  • Harrison tidak meyakini bahwa GUMG telah menyediakan semacam metode ilmiah yang akan menyatakan hasil yang sama seperti yang pernah dilakukan eksperimen.
  • Bias mengasumsikan kemungkinan sebagai realitas objektif, yang menurut kritik ini seharusnya adalah mitos.

Mengkonstruksi Realitas
Dalam mengubah dari ide bias, Kellner tidak merangkul sebuah pluralisme indiskriman. Ia lebih mengundang sebuah pendekatan berbeda pada analisis konten media, di mana debat tidak berfokus pada isu bias atau realitas,akan tetapi lebih pada kualitas cerita. Kellner percaya bahwa ada versi alternatif yang merepresentasikan sebuah cerita peristiwa yang lebih baik dan tidak semua liputan dilihat sebagai valid atau tidak valid. Apa yang dicapai anjuran ini, tentu saja, adalah masalah penilaian antara perbedaan cerita. Pilihannya tidak bisa didasarkan pada akurasi sendiri, walaupun ini perkara yang jelas-jelas memperinci fakta yang benar. Ini harus didasarkan juga pada kredibilitas yang diatributkan pada informasi yang sumbernya berbeda.


Kesimpulan
Pendekatan Kellner mengargumentasikan bahwa semua peliputan politis adalah ideologis dan harus dipahami dan dinilai sedemikian rupa. Implikasinya adalah tidak semuanya persepsi bias merupakan hasil penilaian dan perspektif personal, bahwa bias selalu ada dalam mata pemirsa. Oleh karena itu, gagasan yang tidak berguna dan kosong. Pun implikasi tersebut memberikan kehadiran ideologi yang dominan kelompok., bias menjadi sistematis dan konsisten.
Goodwin (1990:57) menulis, “Sangat masuk akal untuk mempercayai bahwa citra media dikonstruksikan dan tetap memelihara bahwa beberapa konstruksi lebih jujur daripada lainnya. Tentu saja ada penjelasan yang berkompetisi dari kenyataan sosial, dan tentu saja semua pernyataan faktual juga merupakan pernyataan nilai. Akan tetapi tidak satupun mengartikan bahwa bahwa tidak ada peristiwa yang tidak nyata dalam dunia nyata yang mengambil tempat dan peristiwa yang tidak nyata dalam pikiran polisi, politikus, dan pejabat Coal Board yang tidak mengambil tempat.”
Ide bias yang terkualifikasi mempunyai implikasi juga pada cara kita menganalisis konten media. Ini menyarankan, misalnya, kebutuhan untuk lebih sadar pada kontradiksi dan kompleksnya konten dari teks media. Program berita tidak hanya mengatakan hal-hal yang sederhana serta cerita konsisten saja. Ia juga menampakkan banyak perbedaan dan membuat dimensi berlawanan dengan cara politik disampaikan. Dari sudut pandang analisis, ini berarti memperkenalkan pemahaman yang lebih reflektif dari representasi media tentang dunia. Meliput kepentingan politis supaya dapat dibaca tidak hanya dalam istilah bias saja, melainkan sebagai narasi. Sebagai cerita tentang dunia di mana memanfaatkan beberapa aktor (dan memarginalisasikan yang lain), di mana mengandaikan beberapa motivasi dan mengacuhkan yang lainnya.

No comments:

Post a Comment