Budaya
merupakan hal yang selalu mengiringi kehidupan manusia. Budaya selalu ada di
mana dan kapan saja manusia itu berada. Tak terkecuali pada kehidupan
organisasi.
Dalam
sebuah organisasi, inti kehidupan sebuah organisasi itu sendiri ditemukan dalam
budaya. Budaya yang dimaksud dalam organisasi berbeda dengan budaya dalam
pandangan sehari-hari kita. Budaya dalam organisasi tidaklah diartikan sebagai ras,
etnis, latar belakang individu. Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujilo,
budaya dalam organisasi diartikan sebagai cara hidup di dalam organisasi.
Misalnya iklim atau atmosfer emosional dan psikologis, yang mencakup semangat
kerja karyawan, sikap dan tingkat produktivitas, dan simbol-simbol.
Budaya organisasi diadakan dalam kerangka
pikiran umum anggota organisasi. Kerangka kerja ini berisi asumsi dasar
dan nilai-nilai. Asumsi dasar dan nilai-nilai diajarkan kepada anggota
baru sebagai cara untuk melihat, berpikir, merasa, berperilaku, dan
mengharapkan orang lain untuk berperilaku dalam organisasi. Edgar Schein
(1999) mengatakan bahwa budaya organisasi dikembangkan dari waktu ke waktu
sebagai orang dalam organisasi belajar menghadapi sukses dengan masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal. Hal ini menjadi bahasan dan latar belakang umum. Jadi,
budaya muncul dari apa yang telah berhasil bagi organisasi.
Budaya organisasi tidak
muncul dengan sendirinya dikalangan antar organisasi, tetapi perlu dibentuk dan
dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai dan
pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota organisasi
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Budaya
organisasi sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu
organisasi/perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya perusahaan
dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi
dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.
Metafora Budaya: Jaring Laba-Laba
Seperti
yang telah disebutkan di atas, inti kehidupan sebuah organisasi ditemukan dalam
budaya. Oleh karena itu, budaya organisasi adalah esensi dari kehidupan
organisasi. Bisa dibayangkan bahwa suatu organisasi tanpa budaya, maka akan terjadi
kekacaubalauan di dalamnya. Organisasi tersebut pun dipastikan tidak dapat
mencapai tujuan organisasinya dengan utuh dan lancar.
Pacanowsky
dan O’Donnell Trujilo (1982) memepercayai bahwa budaya organisasi
“mengindikasikan apa yang menyusun dunia nyata yang ingin diselidiki. Mereka
mengatakan bahwa budaya organisasi (organizational
culture) adalah esensi dari kehidupan organisasi. Mereka menerapkan
prinsip-prinsip antropologi untuk mengontruksi teori mereka. Mereka juga
mengadopsi pendekatan Interpretasi Simolok yang dikemukakan oleh Clifford
Geertz (1973) dalam model teoritis mereka. Dalam teorinya Geertz menyatakan
bahwa orang-orang adalah hewan “yang tergantung didalam jaringan kepentingan”,
artinya orang-orang yang memuat jaring mereka sendiri.
Atas
pernyataan tersebut, Pacanowsky & Trujilo pun menambahkan pernyataan
tersebut sebagai berikut:
“Jaring
ini tidak hanya ada, melainkan sedang dipintal. Jaring ini dipintal ketika
orang sedang menjalankan bisnis mereka membuat dunia mereka menjadi dapat dipahami.
Maksudnya ketika mereka berkomunikasi. Ketika mereka berbicara, menulis sebuah
naskah drama, menyanyi, menari, pura-pura sakit, mereka sedang berkomunikasi
dan mengkonstruksi budaya mereka. Jaring ini merupakan residu dari proses
komunikasi.”
Geertz
menggambarkan jarring laba-laba yang mungkin ada didalam sebuah organisasi dan
meyakini bahwa budaya seperti sebuah jarring yang dipintal oleh laba-laba.
Maksud dari tujuan penggambaran ini yaitu jarring ini terdiri atas desain yang
rumit dan tiap jarring berbeda dengan yang lainnya. Geertz berargumen bahwa
budaya-budaya semuanya berbeda dan keunikan ini harus dihargai. Tujuan
pendekatan Pacanowsky & Trujilo dengan metafora tersebut adalah untuk
memikirkan semua kofigurasi (fitur) menyerupai jaring yang mungkin dalam
organisasi.
Asumsi Teori Budaya Organisasi
Terdapat
tiga asumsi pada Teori Budaya Organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan
O’Donnell Trujillo, yaitu:
1. Anggota-anggota
organisasi mencipakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama
mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik
mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
Asumsi
ini berhubungan dengan pentingnya orang dalam kehidupan organisasi. Secara
khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas.
Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor dan atasan. Inti asumsi ini
adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip
dalam sebuah budaya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukkan kepada anggota organisasi apa saja yang penting. Orang berbagi
dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari sebuah
organisasi membutuhkan pertisipasi aktif dalam organisasi tersebut.
2. Penggunaan
dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi.
Maksudnya
adalah realitas organisasi ditentukan oleh simbol-simbol. Perspektif ini
menggarisbawahi penggunaan simbol dalam organisasi. Simbol merupakan
representasi untuk makna. Simbol-simbol ini sangat penting bagi budaya
perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan non verbal di dalam
organisasi. Seringkali simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai
organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol
ini efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaiman karyawan
perusahaan mempraktikannya.
3. Budaya
bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda dan interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga beragam.
Asumsi
mengenai teori budaya organisasi ini sangat bervariasi. Persepsi mengenai tindakan
dan aktivitas dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri.
Simbol Budaya Organisasi
Tabel di bawah ini menjelaskan
tentang contoh symbol-simbol pada asumsi kedua Teori Budaya Organisasi, yaitu penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting
dalam budaya organisasi.
KATEGORI UMUM
|
TIPE/CONTOH SPESIFIK
|
Simbol Fisik
|
Seni/desain/logo
Bangunan/dekorasi
Pakaian/penampilan/
Benda material
|
Simbol Perilaku
|
Upacara/ritual
Tradisi/kebiasaan
Penghargaan/hukuman
|
Simbol Verbal
|
Anekdot/lelucon
Jargon/nama/nama
sebutan
Penjelasan
Kisah/mitos/sejarah
Metafora
|
Hal-hal di atas penting untuk dipahami bagi individu yang
merupakan anggota suatu
organisasi,
maupun individu di luar organisasi tersebut.
Anggota-anggota menciptakan,
menggunakan,
dan menginterpretasikan
simbol untuk mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianut dalam suatu organisasi. Seperti slogan Disneyland yang
menyatakan bahwa Disneyland “The Happiest Place on Earth”, maka seluruh anggota harus memahami simbol tersebut.
Tidak mungkin organisasi yang
mengangkat tema kegembiraan dan keceriaan anggotanya, tidak pernah tersenyum bahkan cemberut. Mungkin
memang terkadang simbol-simbol tersebut terlalu terselubung.
Namun simbol-simbol tersebut harus dipahami oleh anggota organisasi
agar dalam mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi, tepat pada tempatnya.
Pemahaman Etnografi : Mendasarkan
Pada Yang Mendalam
Pada
dasarnya etnografi bukanlah ilmu
eksperimental, melainkan sebuah metodologi yang
menguak makna. Geertz (1973)
berargumen untuk memahami budaya, seseorang harus melihatnya dari sudut pandang
anggota budaya tersebut. Dan satu satunya cara adalah menjadi etnograf, yang
secara natural melaksanakan pengamatan langsung, menjadi partisipan dalam
budaya tersebut, dan melakukan
wawancara untuk menguak makna budaya tersebut. Karena dalam memahami suatu
budaya tingkat subyektivitasnya sangat kuat, maka, menemukan makna merupakan hal paling penting bagi
etnograf.
Etnograf menggunakan jurnal lapangan
atau field journal, sebuah catatan
pribadi untuk mencatat perasaan mengenai berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya berbeda, sekaligus membuat dekskipsi
tebal yang berisi penjelasan
mengenai lapisan-lapisan rumit dari makna yang mendasari sebuah budaya. Dalam prakteknya,
seorang etnograf tidak hanya mempelajari masyarakat tetapi juga belajar dari
masyarakat tersebut.
Geertz
percaya bahwa tak ada analisis budaya
yang lengkap karena semakin seorang masuk dalam budaya tersebut, makin kompleks
pula budaya tersebut. Selain itu, terkadang makna
yang muncul memiliki banyak tafsiran atau multi-tafsir. Maka tidak mungkin
untuk sepenuhnya pasti mengerti mengenai sebuah budaya, norma, atau nilainya.
Pada
akhirnya, Teori Budaya Organisasi
berakar pada etnografi dan budaya organisasi hanya dapat dilihat dan diamati
dengan mengadopsi prinsip-prinsip
etnografi.
Performa Kuantitatif
Performa
adalah metafora yang menggambarkan proses simboltik dari pemahaman akan
perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa budaya di bagi menjadi lima
bagian yaitu: ritual, hasrat, sosial, politik, dan enkulturasi.
Performa-performa ini dapat dilaksanakan oleh anggota mana pun dalam sebuah
organisasi.
·
Performa Ritual
Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan
berulang. Terdiri dari empat jenis:
1.
Ritual personal:
semua hal yang di lakukan secara rutin di tempat kerja. Contoh: mengecek e-mail
yang di lakukan rutih setiap harinya.
2.
Ritual tugas:
prilaku rutin yang di kaitkan dengan pekerjaan seseorang. Ritual tugas membantu
menyelesaikan pekerjaan. Contoh: seorang karyawan di yang bekerja sebagai kasir
setiap harinya harus menerima dan mencatat semua pembayaran,
3.
Ritual sosial:
rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan
orang lain. Contoh: beberapa karyawan dalam suatu perusahaan yang setiap akhir
pekan mengadakan pertemuan bersama. Atau seorang siswa yang setiap hari sengaja
datang lebih awal untuk bertemu dengan teman-temannya untuk bercerita bersama
dan kemudian di teruskan kembali pada waktu istirahat.ritual sosial juga dapat
mencangkup pemberian penghargaan karyawan terbaik di setiap bulannya.
4.
Ritual organisasi:
kegiatan perusahaan yang sering di lakukan seperti rapat divisi, rapat
fakultas, bahkan piknik perusahaan.
·
Performa Hasrat
Kisah-kisah organisasi yang sering kali di ceritakan
secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain. Contohnya yaitu
seorang karyawan yang selalu menceritakan tentang atasannya kepada semua
temannya secara terus menerus bahkan selama beberapa tahun.
·
Performa Sosial
Merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk
mendorong kerjasama di antara anggota organisasi. Contohnya adalah dengan hal
kecil berupa senyuman atau hanya sekedar sapaan yang di lakukan seluruh anggota
menjadikannya sebagai budaya dalam sebuah organisasi
·
Performa Politis
Perilaku organisasi yang mendemonstrasikan kekuasaan atau
kontrol. Kebanyakan organisasi bersifat hierarkis yaitu harus ada seseorang
yang menjadi penguasa untuk mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup kontrol
untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada. Ketika sebuah organisasi terlibat
dalam performa politis, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi
orang lain, namun hal ini tidak selalu berdampak buruk.
·
Performa
Enkulturasi
Merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan
dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi.
Performa ini dapat merupakan sesuatu yang bersifat hati-hati maupun berani.
Performa ini mendemonstrasikan kompetensi seorang anggota dalam sebuah organisasi.
Kritik dan Penutup
Teori budaya organisasi
dicetuskan oleh Pacanowsky dan O’Donnel Trujillo, merupakan teori yang memiliki
pengaruh penting dalam teori penelitian di bidang komunikasi organisasi.
·
Heurisme
Daya
tarik teori ini begitu luas dan jauh sehingga menyebabkan teori ini bersifat
heuristik. Teori ini telah mempengaruhi banyak ilmuan untuk mempertimbangkan
mengenai budaya organisasi dan bagaimana mereka mengajarkan hal ini.
·
Kegunaan
Teori
ini berguna karena informasinya dapat di terapkan pada hampir semua karyawan di
dalam sebuah organisasi. Teori ini menjadi berguna karena terdiri dari banyak
informasi dan teori, memiliki hubungan langsung bagaimana karyawan bekerja dan
identifikasi mereka terhadap lingkungan kerja mereka.
·
Konsistensi
Logis
Konsistensi
logis merujuk pada pemikiran bahwa teori harus mengikuti peraturan logis dan
tetap konsisten. Pancanowsky dan O’donnell memegang teguh keyakinan mereka
bahwa budaya organisasi sangat kaya dan beragam. Walaupun demikian teori ini
kurang dalam hal konsistensi. Eisenberg dan H. L. Goodall mengamati bahwa teori
ini bergantung sepenuhnya pada makna yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
organisasi.
Referensi:
West, Richard dan Lynn
H. Turner. 2009. Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd ed. Jakarta: Salemba
Humanika.