Pada bacaan
yang menceritakan tentang TVRI di Indonesia, saya amat tertarik pada sebuah
paragraf di halaman 130-131. Tepatnya pada subbagian berjudul “Domestic
Satellite Television Era (c. 1975-86)” di paragrafnya yang kedua. Saya sedikit
tercengang saja ketika menemui fakta bahwa TVRI yang dulu dan yang sekarang
amat berbeda. Dalam paragraf itu dikatakan, di awal berdirinya TVRI merupakan
agen perubahan. Dikatakan bahwa TVRI menstimulasi perubahan sosial masyarakat
yang amat besar. Daerah-daerah yang tadinya terisolasi bisa lebih terbuka dan
berwawasan. Melalui TVRI masyarakat dikenalkan kepada pembaharuan-pembaharuan
di segala bidang, meliputi pertanian, pendidikan, religi, dan kesehatan. TVRI
menayangkan tentang praktek pertanian modern, pupuk kimiawi, pestisida,
penanaman intensif, dan beras berkualitas tinggi di bidang pertanian. Di bidang
kesehatan, TVRI memiliki program klinik kesehatan, praktek kelahiran anak
seperti yang sudah dipraktekkan di negara-negara Barat, dan perencanaan
keluarga lewat KB. Pada sektor pendidikan, TVRI menyampaikan banyak hal
mengenai kesempatan kursus atau mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Di
sampng itu, TVRI tidak melupakan segi religi di mana selalu ada slot khusus
untuk tayangan kerohanian.
Hal itu sudah
berbeda sekali dengan masa kini. Mungkin memang TVRI masih menampilkan hal-hal
informatif semacam itu. Namun seiring dengan hadirnya TV-TV swasta lainnya,
TVRI seakan kehilangan taringnya dalam mendidik seluruh masyarakat Indonesia.
Program-program unggulan TVRI bahkan kalah dengan TV-TV swasta yang terlalu
banyak menayangkan hiburan semacam sinetron atau opera sabun. Kini TVRI tak
dapat lagi dikatakan sebagai agen perubahan masyarakat karena era modernisasi
dan globalisasi kini mengubah orientasi akan kebutuhan informasi masyarakat.
Kini TVRI lebih banyak dicemooh karena kualitasnya yang ala kadarnya. Padahal,
dahulu menonton TVRI bagaikan berada di surga. Semua yang dibutuhkan masyarakat
dapat terpuaskan di sana. Sampai saat ini TVRI masih terus menerus mencoba
memperbaiki dirinya di sana sini. Apapun itu, kita yang hidup di era modern
harus menyadari bahwa TVRI juga sempat membangun daerah kita. Janganlah
mencemooh karena masih banyak juga kalangan menengah ke bawah membutuhkan
kehadirannya.
No comments:
Post a Comment