Bias politik
kadang-kadang tampak hanya menjadi isu penting dalam hubungan antara politik
dan media massa. Ini adalah suatu topik yang mana dijamin untuk menyalakan
kemarahan politikus dan penasihat media. Mereka semua mengeluarkan usaha yang
sungguh-sungguh dalam menembak komplain tentang perlakuan mereka oleh
pewawancara dan jurnalis.
Mengapa bias
menempati banyak ruang? Jawabannya tersembunyi di mana bias diikat pada asumsi
fundamental tentang “kekuasaan” dan “demokrasi”. Ini diasumsikan bahwa, dalam
demokrasi, tidak ada satu pun kelompok atau seperangkat kepentingan yang secara
sistematis lebih disukai melebihi yang lainnya dan bahwa informasi yang
tersedia untuk warga adalah akurat dan berimbang. Di bawah kondisi tersebut,
prinsip-prinsip kesamaan politik dan akuntabilitas bisa berjalan.
Yang membuat
bias menjadi masalah adalah pemikiran bahwa media dapat menyatakan tidak benar
dan menghalangi proses demokrasi jika mereka mengubah representasi dunia. Jika
media secara sistematis mempromosikan beberapa kepentingan dan keterangan yang
salah, proses demokrasi tidak akan berjalan efektif. Dalam mengidentifikasi
bias, kritik media menyuarakan ketakutan yang salah tafsir atau sikap memihak
yang mempunyai konsekuensi penting untuk jalan orang menghormati dirinya
sendiri, bagaimana mereka dihargai orang lain, hasil proses politik dan praktek
demokrasi.
Bias akan menampakkan
sedikit banyak masalah jika:
a)
anda mengadopsi nilai berbeda dari demokrasi,
b)
anda tidak berpikir bahwa representasi dunia
sebenarnya membentuk pikiran dan praktek di dalamnya.
Bias merujuk
kepada sejumlah sokongan sistematis dari suatu posisi, tetapi ia memiliki
implikasi lebih jauh. Ia memerlukan penilaian kritis. Untuk menyebut seseorang
atau nilai dibiaskan, adalah untuk menantang validitasnya dan untuk melihatnya
sebagai kegagalan untuk jujur, tidak berat sebelah, obyektif, dan seimbang, Hal
itu mengimplikasikan petunjuk kontras pada kompleksitas bias dan sebab itu,
perlu melihat lebih dekat pada apa yang dimaksud.
Definisi Bias
Apakah bias
dan lampiran signifikan apa yang ada di dalamnya, biasa bermacam-macam. Selalu
ada penggambaran berbeda antara di mana ia dapat diterima dan di mana ia harus dikutuk.
Faktanya adalah ia merupakan bagan yang kompleks dan termediasi secara
institusional tidak menguranginya untuk sebuah kategori kosong. Bias dekat
dengan perlawanan, di mana ia digunakan secara berkelanjutan dalam diskusi
media dan ditempatkan dalam ide ketentraman legitimasi politik, menggarisbawahi
kebutuhan untuk memberi atensi.
Ken Newton:
“Media yang netral akan menunjukkan cerita yang adil dan penuh dari
fakta-fakta”. Akan tetapi, hal ini sangat mustahil dilakukan karena:
- Praktek rutin harian media mengurangi perlawanan dalam memberikan sebuah cerita penuh. Media juga merupakan konstitusi bisnis yang harus menjamu pasar (audiens, pengiklan), oleh karena itu mereka juga harus melaporkan sesuatu yang merupakan kebutuhan pasar pula. Di samping itu, reporter tidak bisa merekam semua fakta yang terjadi di lapangan.
- Fakta yang dipilih menjadi bagian cerita dengan sebuah narasi yang menghubungkannya bersamaan. Ada proses-proses seleksi dan interpretasi yang menyebabkan pelaporan menyimpang dari idealnya menceritakan fakta.
Tipe-Tipe Bias
- Bias Partisan
Bias yang
disebabkan oleh eksplisitas dan dipromosikan dengan bebas. Contohnya, komentar
editorial yang merekomendasikan dukungan untuk salah satu partai politik atau
mengambil segi-segi dalam sebuah kontroversi polisi.
- Bias Propaganda
Terkait di
mana sebuah cerita dilaporkan dengan sengaja membuat sebuah kasus untuk sebuah
keterangan partai, kebijakan, atau sudut pandang, tanpa secara eksplisit
menyatakan hal ini.
- Bias Tanpa Disadari (Unwitting Bias)
Bias yang
dapat disebabkan oleh pilihan-pilihan sulit mengenai apa yang dimasukkan dan
apa yang tidak dimasukkan. Seperti misalnya, halaman yang terbatas pada media
cetak, atau slot waktu yang terbatas dalam jadwal media penyiaran.
- Bias Ideologis
Bias yang
tersembunyi dan tidak dibutuhkan, dan hal ini bisa dideteksi hanya bila kita
membaca keseluruhan teks, di mana asumsi yang tersembunyi dan pertimbangan
nilai baru nampak. Perhatiannya adalah pada perlawanan norma di mana berita
diciptakan.
Mencari bias
bukan hanya perkara membaca berita atau transkrip, tapi juga tentang membangun
metode yang dapat memotret apa yang dikatakan secara implisit sebaik yang
eksplisit. Sekaligus juga menyediakan sebuah teknik yang bisa digunakan oleh
yang lainnya (atau dapat mengajak yang lainnya menemukan keterangan-keterangan).
Untuk tujuan
mendemonstrasikan keberadaan bias, tim Miller mengkombinasikan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kuantitatif bekerja pada sebuah versi
analisis konten. Ini bertujuan untuk menyediakan sebuah metode ilmiah untuk
merekam penggunaan kata-kata dan gambar. Ia difokuskan pada frekuensi di mana
sejumlah kata-kata digunakan untuk mendeskripsikan sebuah peristiwa. Ia
mengamati ruang (dalam waktu atau panjang kolom) untuk item berita yang
berbeda. Ia mempersilahkan periset untuk mengamati frekuensi dengan sejumlah
kata-kata yang digunakan cara kata-kata dikombinasikan.
Kerja
kualitatif adalah cenderung menggambarkan semiotika dan kerja pelopor Roland
Barthes dan lainnya. Pendekatan ini terkait dengan cara makna dikandung dalam
apa yang tidak dikatakan sebaik yang dikatakan dalam bentuk gambar dan
kesan-kesan sebanyak dalam kata.
Masing-masing
teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekayaan interpretasi disediakan
oleh semiotik yang dibatasi oleh masalah komparabilitas (bisa diperbandingkan)
dan replikabilitas. Seseorang harus membaca sebuah teks yang lebih disukai
daripada yang lainnya karena analisis isi paling tidak memperbolehkan untuk
perbandingan sistematis, akan tetapi pada berharganya mengurangi makna pada
kata-kata. Kebanyakan berusaha untuk mengidentifikasi bias menggunakan kedua
teknik tersebut. Ini penting, oleh karena itu, dalam menilai usaha tersebut,
harus berhati-hati karena:
- Bias tidak bisa secara sederhana dilihat,
- Dalam mendeteksi bias, tidak mungkin untuk membuat persetujuan universal tentang interpretasi benar.
Studi-Studi Berita Buruk
The Glasgow
University Media Group (GUMG) mengklaim bahwa “Berita tidak netral dan bukan
fenomena natural. Ia lebih kepada produksi manufaktur ideologi.” Periset GUMG berpendapat
bahwa meskipun berita merepotkan fakta, ia memproduksi cerita miring. Ini
karena cara-cara khusus fakta dipresentasikan. Fakta terletak pada tema cerita
yang dominan, semacam tema yang dibangun pada kerangka dasar referensi, asumsi
dasar tentang masyarakat yang dilihat dalam cara-cara khusus, di mana sering menghalangi
peliputan penuh dan sebenarnya dari peristiwa yang ditanyakan.
Untuk
memvalidasi klaim ini, GUMG meminjam metode semiotik dan analisis isi. Tidak
hanya mengamati praktek kerja dalam newsroom, mereka juga memperiksa
detil-detil laporan subsekuen. Mereka menganalisis kata, sudut kamera, format
presentasi, tingkat nada dan setting orang yang diwawancarai. Riset mereka
terkait untuk membuka verbal dan grammar visual, penggunaan grafis dan ekspresi
simbolik lain, penggunaan headline, siapa yang diinterview, cara informasi
diorganisasikan, dan penjelasan implisit dan eksplisit yang diambil. Presentasi
berita media kemudian diatur lagi melawan penjelasan alternatif dari situasi
yang sedang dilukiskan.
Manufacturing Consent (Memproduksi Persetujuan)
Herman dan
Chomsky (1988) meneliti lebih jauh dari GUMG. Mereka tidak membuka bias,
melainkan menjelaskannya. Hipotesis mereka adalah perbuatan pers Amerika untuk
menyokong kepentingan kebijakan asing pemerintah Amerika, karena ada produk
ideologi khusus dan kepentingan material khusus yang mereka inginkan.
Penjelasan mereka berada pada pemikiran bahwa perilaku media Amerika sebagai
propagandis untuk kepentingan korporasi yang dominan di Amerika.
Mereka
menulis, “Kebanyakan pilihan-pilihan dibiaskan di media muncul dari pra-seleksi
berpikir benar orang, pra-konsepsi terinternalisasi, dan adaptasi personel pada
ketidakleluasaan kepemilikan, organisasi, pasar, dan kekuatan politis.” Herman
dan Chomsky juga berbeda dengan GUMG pada luasnya, bahwa mereka membandingkan
hasil dari keragaman outlet media di mana GUMG berkonsentrasi, paling tidak
pada kerja formatifnya, hanya pada salah satu.
Kritik Riset Bias
- Meskipun sangat banyak bangunan analisis formal, hasilnya memperlihatkan sesuatu pada asumsi utama periset, serta tidak membuat penghargaan untuk kondisi di bawah jurnalis yang bekerja.
- Bias yang dideteksi oleh GUMG tidak akan bisa dilihat sedemikian rupa oleh pengamat lainnya. Efeknya GUMG selektif dalam menggunakan data dan memilih segi-segi yang menampilkan argumen mereka.
- Harrison tidak meyakini bahwa GUMG telah menyediakan semacam metode ilmiah yang akan menyatakan hasil yang sama seperti yang pernah dilakukan eksperimen.
- Bias mengasumsikan kemungkinan sebagai realitas objektif, yang menurut kritik ini seharusnya adalah mitos.
Mengkonstruksi Realitas
Dalam mengubah
dari ide bias, Kellner tidak merangkul sebuah pluralisme indiskriman. Ia lebih
mengundang sebuah pendekatan berbeda pada analisis konten media, di mana debat
tidak berfokus pada isu bias atau realitas,akan tetapi lebih pada kualitas
cerita. Kellner percaya bahwa ada versi alternatif yang merepresentasikan
sebuah cerita peristiwa yang lebih baik dan tidak semua liputan dilihat sebagai
valid atau tidak valid. Apa yang dicapai anjuran ini, tentu saja, adalah
masalah penilaian antara perbedaan cerita. Pilihannya tidak bisa didasarkan
pada akurasi sendiri, walaupun ini perkara yang jelas-jelas memperinci fakta
yang benar. Ini harus didasarkan juga pada kredibilitas yang diatributkan pada
informasi yang sumbernya berbeda.
Kesimpulan
Pendekatan
Kellner mengargumentasikan bahwa semua peliputan politis adalah ideologis dan
harus dipahami dan dinilai sedemikian rupa. Implikasinya adalah tidak semuanya
persepsi bias merupakan hasil penilaian dan perspektif personal, bahwa bias
selalu ada dalam mata pemirsa. Oleh karena itu, gagasan yang tidak berguna dan
kosong. Pun implikasi tersebut memberikan kehadiran ideologi yang dominan
kelompok., bias menjadi sistematis dan konsisten.
Goodwin
(1990:57) menulis, “Sangat masuk akal untuk mempercayai bahwa citra media
dikonstruksikan dan tetap memelihara bahwa beberapa konstruksi lebih jujur
daripada lainnya. Tentu saja ada penjelasan yang berkompetisi dari kenyataan
sosial, dan tentu saja semua pernyataan faktual juga merupakan pernyataan
nilai. Akan tetapi tidak satupun mengartikan bahwa bahwa tidak ada peristiwa
yang tidak nyata dalam dunia nyata yang mengambil tempat dan peristiwa yang
tidak nyata dalam pikiran polisi, politikus, dan pejabat Coal Board yang tidak
mengambil tempat.”
Ide bias yang
terkualifikasi mempunyai implikasi juga pada cara kita menganalisis konten
media. Ini menyarankan, misalnya, kebutuhan untuk lebih sadar pada kontradiksi
dan kompleksnya konten dari teks media. Program berita tidak hanya mengatakan hal-hal
yang sederhana serta cerita konsisten saja. Ia juga menampakkan banyak
perbedaan dan membuat dimensi berlawanan dengan cara politik disampaikan. Dari
sudut pandang analisis, ini berarti memperkenalkan pemahaman yang lebih
reflektif dari representasi media tentang dunia. Meliput kepentingan politis supaya
dapat dibaca tidak hanya dalam istilah bias saja, melainkan sebagai narasi.
Sebagai cerita tentang dunia di mana memanfaatkan beberapa aktor (dan
memarginalisasikan yang lain), di mana mengandaikan beberapa motivasi dan
mengacuhkan yang lainnya.
No comments:
Post a Comment