Salah
satu program program acara infotainment yang saya sukai adalah Status Selebriti
(SS). SS merupakan salah satu program infotainment besutan stasiun televisi
SCTV. Dengan pembawa acara Dimas Beck atau Joe Richard (703 Richard), mereka
membawakan sebuah infotainment dengan konsep baru dan cukup unik. Bahkan,
konsep ini mungkin belum pernah terpikirkan juga oleh programer acara lainnya.
Jika
pada umumnya pembawa acara infotainment adalah wanita, maka tidak dengan SS. SS
hanya dibekali seorang presenter pria saja, tanpa ada kehadiran seorang pun
presenter wanita. Tak hanya itu, jika infotainment biasa melakukan syuting di
studio, SS merubah kebiasaan itu. SS melakukan shooting justru di tempat-tempat
umum, seperti pusat perbelanjaan atau tempat-tempat wisata. Yang lebih unik dan
berbeda adalah mereka menggunakan logika jejaring sosial layaknya Facebook atau
Twitter.
Apa
maksudnya logika jejaring sosial yang saya sebutkan di atas? SS mengabarkan
sejumlah informasi dari selebriti melalui semacam situs yang menyerupai
jejaring sosial bernama Status Selebriti. Di sana para artis mempunyai akun
masing-masing dan saling memperbarui status mereka. Status mereka yang
diperbaharui itulah yang akan menjadi informasi yang disampaikan kepada
pemirsa. Namun, hingga saat ini belum diketahui apakah status tersebut
benar-benar asli ditulis oleh si artis atau hasil wawancara kru SS yang dituliskan
kembali dalam bentuk status jejaring sosial. Agar acara tidak membosankan,
pembawa acara menghampiri beberapa orang yang ada di pusat perbelanjaan atau
obyek pariwisata. Kemudian ia mengajak orang tersebut membaca status selebritis
yang sedang dibahas. Setelah itu barulah muncul video yang menjelaskan mengenai
status artis tersebut.
Ternyata
keunikan dan kelebihan SS tak hanya itu saja. Untuk menciptakan sense jejaring sosial selebritis yang
sesungguhnya, tim produksi SS juga membuat situs tersebut di dunia maya. Situs
itu juga bernama Status Selebriti. Tampilannya pun tak ubahnya dengan jejaring
sosial yang ditampilkan saat disiarkan di televisi. Sama persis! Hal ini
kiranya sangat menguntungkan bagi para penggemar karena dapat terus keep in touch dengan idolanya dan juga dengan
program SS sendiri.
Bisa
dibilang SS merupakan inovator program infotainment yang mengikuti tren dan
perkembangan zaman. Apalagi mengingat kegemaran masyarakat Indonesia yang kini
gemar berinternet dan selalu memperbaharui informasi dari jejaring sosial kapan
saja dan di mana saja. Di samping itu, SS kerap menyajikan berita yang beragam
dari macam-macam selebriti. Tak hanya yang sifatnya hardnews, melainkan juga yang sifatnya feature dan ringan. Penonton dapat merasakan bahwa informasi
selebriti yang ditayangkan tidak hanya itu-itu saja.
Namun,
konsep yang sedemikian rupa menyebabkan resiko tertentu yang membuahkan
kekurangan pada SS. Secara konten, kadang-kadang ada informasi yang tidak
penting. Ibarat berita, informasi yang ditayangkan terkadang tidak memiliki
nilai berita sehingga penonton merasa jenuh dengan topik yang sedang ditayangkan.
Pernah juga ada suatu liputan yang isinya tidak jauh berbeda seperti yang stasiun
televisi lainnya tayangkan. Padahal informasi tersebut sifatnya tidak hardnews.
Ditengok
secara teknis, siaran infotainment yang dilakukan di area umum kurang
mengasyikkan untuk dilihat. Ini karena SS sering menghampiri sekumpulan orang
untuk membacakan status selebriti yang akan ditayangkan. Kumpulan orang tersebut
nampak tidak nyaman dilihat karena mereka nampak mendesak-desak tubuh pembawa
acara. Ketidaknyamanan terasa lagi saat kumpulan orang tersebut membaca status
secara bersamaan. Suaranya terdengar tidak kompak dan tidak jelas. Belum lagi
kalau syuting dilakukan di ruang yang agak sempit. Bagi saya, ini cukup
mengganggu lah!
No comments:
Post a Comment