Tuesday, 27 December 2011

Ternyata Surabaya Begini, Toh?

Jalan Tol Sidoarjo - Waru yang ribet dan sempat membuat kita semua nyasar!

Jalanan sempit yang padat merayap.

Mall dan gedung-gedung tinggi bertebaran di mana-mana.




Dan ini dia! Patung Sura dan Baya, lambang Kota Pahlawan tersebut. Letaknya persis di depan Kebun Binatang Surabaya.



Pada akhirnya, seorang pemuda bernama Yong Mursito hanya dapat bergumam. "Surabaya adalah kota metropolis. 11:12 dengan Jakarta. Sumpek dan panas!"
Hahahaha.....

Wednesday, 7 September 2011

Tolong, Jangan Saltum di Kawah Sikidang!




Petualangan saya di Dieng sempat berlabuh ke obyek pariwisata Kawah Sikidang. Kawah Sikidang merupakan salah satu kawah yang masih aktif di antara beberapa kawah yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Meskipun aktif, kawah ini tidak berbahaya. Kawah ini hanya mengeluarkan gas sulfur atau belerang. Bahkan kawah ini bisa didekati hingga bibir kawahnya.
Konon, kawah ini dinamai Sikidang karena pusat semburan asapnya yang kerap berpindah-pindah. Perpindahan tersebut mirip seperti kijang (bahasa Jawa: kidang) yang sedang melompat-lompat.

Gambar 1. Pemandangan sekitar Kawah Sikidang
Saya menyinggahi tempat ini hingga dua kali. Pertama kali dengan Kepala Obyek Wisata Telaga Warna, Bapak Suwignyo dan dua orang wanita dalam tim KKN saya. Hanya saja, saat itu kami tidak mengunjungi hingga ke dalam. Kedua kalinya, dengan teman saya dari SKM Bulaksumur UGM yang berkunjung ke Dieng ketika saya KKN. Kali ini saya bisa masuk hingga ke dalam-dalamnya (bukan ke dalam kawah, loh ya!).
Saran saya, jangan memaksakan diri untuk masuk ke area yang lebih dalam lagi (lebih dekat dengan kawah utama) jika anda tidak kuat dengan bau asap belerang yang menyengat. Anda bisa pusing atau bahkan pingsan dibuatnya! Saya sendiri kuat mendekati bibir kawah utama, akan tetapi harus menutup hidung dengan jaket yang saya pakai.
Begitu sampai di bibir kawah utama, saya dapat melihat gelembung-gelembung dalam kawah yang cairannya berwarna abu-abu pekat. Saya bisa membayangkan betapa panasnya! Ajaib sekali bisa melihat sedekat ini. Supaya pengunjung tidak terlalu dekat dengan kawah, ada pembatas berupa pagar bambu di sekeliling kawah.

Gambar 2. Kawah utama

Gambar 3. Gelembung-gelembung dalam kawah

Gambar 4. Kawah kecil yang dekat dengan area parkir

Saran saya yang kedua adalah kenakan kostum yang biasa saja di sana. Maksud saya, kenakan kostum yang cocok dengan iklim daerah Dieng dan nyaman di tubuh anda. Pengalaman saya, ada seorang wanita kota mengenakan kaus dan hot pants di obyek wisata ini. Ujung-ujungnya ia malah meminjam sarung untuk menghalau rasa dingin yang ia rasa. Aduh mbak, ini Dieng! Meskipun anda sedang di dekat kawah aktif, tapi Dieng tetap saja dingin karena berada di dataran tinggi! Andai saja mbaknya sempat merasakan dinginnya salju di Dieng, mungkin ia tidak akan salah kostum. Hmm...

(Not) Enjoying Golden Sunrise in Sikunir!


Selama berjalannya dua bulan KKN, saya dan kawan-kawan seunit menyempatkan diri berkunjung ke Bukit Sikunir pada 31 Juli 2011. Bukit ini memang tidak tenar, akan tetapi bagi rekan-rekan pecinta alam barangkali banyak yang sudah tahu tempat ini. Wisatawan, terutama wisatawan asing yang berkunjung ke Dieng pasti akan ditawari oleh tour guide untuk berkunjung ke bukit ini.

Apa spesialnya Bukit Sikunir? Bukit Sikunir merupakan point of view untuk menikmati golden sunrise khas Dieng. Disebut golden sunrise karena matahari yang terbit berwarna oranye keemasan. Bukit ini terletak di Desa Sembungan, salah satu desa di area Dieng Plateau Area.

Sabtu sore, 30 Juli 2011, saya dan teman-teman yang memiliki agenda program di Homestay Dieng Pass langsung bergegas dan bersiap-siap. Pastinya perlengkapan untuk menghangatkan tubuh tidak boleh dilupakan. Jaket, kupluk, kaus kaki, kaus tangan, sepatu, bahkan selimut pun dibawa serta. Tentunya kami tidak ingin mengalami hipotermia di Sembungan hanya karena ceroboh tidak membawa perlengkapan penghangat tubuh.

Tak lama kemudian, bus yang akan kami pakai datang. Kami pikir bus yang sengaja dipesan agar melewati pondokan kami itu, kosong melompong. Ternyata tidak. Berhubung ini adalah bus terakhir ke Sembungan, maka terisilah beberapa kursi oleh orang-orang yang akan menuju Sembungan. Memang bus yang menuju Desa Sembungan amat jarang. Sehari hanya ada dua kali, pukul 08.00 dan 14.00 WIB. Baiklah, belasan dari kami pun masuk ke dalam bus tanggung tersebut! Untuk wanita, beruntunglah dia yang diprioritaskan mendapatkan tempat duduk. Saya pun bisa duduk. Tapi duduknya saya bukan tanpa beban. Saya ingat kalau saya juga duduk dengan memangku teman saya, Chita. Ia salah satu wanita yang tidak kebagian tempat duduk. Sisanya, silahkan berjejalan sambil berdiri! Bahkan salah seorang teman kedapatan di pintu layaknya kenek.

Saya amat beruntung duduk di dekat jendela. Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan khas Dataran Tinggi Dieng yang tidak mungkin saya dapati di kota saya, Yogyakarta. Saya melihat hamparan padang rumput atau savana di dekat belokan menuju Dieng Plateau Theater. Entah padang ini pernah dipakai untuk sepakbola atau tidak sebab letaknya ada di bawah tebing. Tapi yang jelas ia membentuk hamparan yang sangat luas dan enak dilihat mata. Tak jauh dari sana, bisa saya lihat tulisan menggelikan “DILARANG MERUMPUT DI SINI SELAIN PRIBUMI!” Hahaha....

Setelah itu, saya melihat pipa-pipa besar berwarna hijau kecoklatan. Lebih besar dari pipa air rumah saya tentunya. Itu adalah pipa geothermal dari Geodipa Energy. Geodipa Energy merupakan salah satu pembangkit listrik tenaga panas bumi di Dieng. Dahulu ia milik Pertamina, namun kini tidak lagi. Tidak mengherankan jika di Dieng ditemui pipa-pipa raksasa yang amat panjang karena banyaknya kawah aktif di dataran tinggi ini.

Setelah itu, saya melihat sekumpulan air di bawah tebing jalan yang saya lewati. Entah apakah itu telaga atau sungai. Saya tidak tahu apa itu namanya, tapi indah sekali. Dieng sendiri terlalu banyak memiliki kawah aktif dan telaga-telaga.

Sekitar pukul 17.30 kami sampai di Desa Sembungan. Kami pun menginap di rumah Kepala Desa Sembungan. Kalau tidak salah, namanya Bapak Muchozin. Rumahnya besar dan terletak tepat di depan masjid besar. Kami sengaja menginap di sana dengan pertimbangan jika kami mendadak ke Sikunir pada pagi buta, mustahil bagi kami untuk bangun sepagi itu. Belum lagi perjalanan dari Dieng Wetan ke Sembungan yang berangin dan dingin. Motor yang kami bawa dari Yogyakarta bahkan tidak memadai untuk semua orang yang berminat melihat golden sunrise. Kebetulan juga, Bapak Muchozin kerap menerima tamu yang menginap karena ingin melihat golden sunrise.

Keesokan harinya, 31 Juli 2011 pukul 03.00 WIB, kami bangun semua. Semuanya bersiap dan pukul 04.00 WIB kami beranjak naik bukit dengan adegan narsis sebelumnya. Hehehe... Sungguh gelap gulita saat itu. Perjalanan menuju bukit benar-benar dirasa mencekam. Selain penerangan yang hanya berasal dari senter yang kami bawa, kami juga tak membawa serta pemandu jalan. Selain itu, di sisi kami adalah jurang yang tinggi. Kami pun sempat bingung menentukan jalan. Untungnya ada dua orang pendaki yang kami temui dan mereka membantu kami.

Akhirnya kami mencapai suatu titik yang menjadi point of view kami. Saya sempat terkaget-kaget dengan apa yang saya lihat. “Inikah Bukit Sikunir? Mengapa wujudnya hanya batu besar?” Usut-usut punya usut, ternyata kami salah rute. Di belakang kami ada sebuah bukit yang telah didaki sejumlah orang, yang nampaknya adalah mapala. Itulah Sikunir yang sebenarnya. Argh...!
Akhirnya kami menikmati golden sunrise dari situ saja. Jujur, saya agak tidak nyaman menikmatinya dari tempat ini. Mungkin karena tempatnya yang agak sempit dan membuat ruang gerak saya jadi tidak bebas. Tapi, ya apa mau dikata? Disuruh pindah ke Sikunir yang beneran, saya juga udah ogah! Capek kali! Saya pun menikmati transformasi matahari yang sedemikian rupa sambil bernarsis-narsis ria.

Gambar 1. Golden Sunrise menyembul di antara gunung-gunung (Foto: Jerry Kurniawan)
Gambar 2. Golden Sunrise mulai terlihat bulat sempurna (Foto: Jerry Kurniawan)

Saya juga tak lepas dimintai kawan saya untuk memotret. Damn! Salah satu hasil potretan saya komposisinya bagus sekali (paling tidak, menurut saya) dan saya tidak meminta teman saya untuk memotret balik! Hwaa...

Saturday, 16 April 2011

Konsep Dasar Etika

·         Etika dan Moral
Etika dan moral adalah hal yang sering dikait-kaitkan oleh masyarakat. Seringkali masyarakat salah mengartikannya dan menganggapnya sama. Akan tetapi, sesungguhnya mereka berbeda.

Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno. Dalam bentuk jamak, “ta etha” yang artinya adat kebiasaan
Istilah “moral” berasal dari bahasa Latin “mos” yang bentuk jamaknya “mores” yang berarti kebiasaan, adat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang terbaru, didapatlah tiga pengertian mengenai etika yang lebih relevan.
1.       Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa juga dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai dapat berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf social.
2.       Kumpulan asas atau nilai moral. Dengan kata lain, disebut juga sebagai kode etik.
3.       Ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika dianggap sebagai ilmu jika asas-asas dan nilai-nilai tentang baik dan buruk menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini, sama artinya dengan filsafat moral.

Sedangkan arti “moral” terbatas hanya pada arti pertama “etika”, yaitu nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan “moralitas” adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

·         Ammoral dan Immoral
Amoral berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana etis, non-moral.
Immoral berarti bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis.

·         Etika dan Etiket
Etika dan etiket memiliki arti yang berbeda. Etika adalah moral dan etiket berarti sopan santun.
Akan tetapi etika dan etiket memiliki persamaan.
1.       Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.
2.       Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif.

Sedangkan perbedaan antara etika dan etiket tergambar dalam tabel berikut.

Etika
Etiket
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.
Contoh: Jangan mencuri!
Menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia.
Contoh: Gunakan tangan kanan ketika memberikan sesuatu pada orang lain.
Etika selalu berlaku walaupun tidak ada saksi mata.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Jika tidak ada orang lain, etiket tidak berlaku.
Etika jauh lebih absolut.
Etiket bersifat relatif. Berbeda tempat dan budaya, bisa berbeda pula etiketnya.
Etika menyangkut manusia dari segi dalam.
Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah.



·         Etika: Ilmu tentang Moralitas
Etika sebagai ilmu terbagi menjadi tiga, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika.

1.       Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya, adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif hanya melukiskan dan tidak memberi penilaian.
2.       Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Para ahli dalam ilmu ini tidak bertindak sebagai penonton netral, akan tetapi turut melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.
Etika normative itu tidak deskriptif, melainkan preskriptif (memerintahkan). Ia tidak melukiskan, melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.
Etika normatif terbagi dua, etika umum dan etika khusus.
ü  Etika umum memandang tema-tema umum seperti “Apa itu norma etis?”, “Bagaimana hubungannya satu sama lain?”, dll.
ü  Etika khusus berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus.
3.       Metaetika
Yang dipelajari dalam ilmu metaetika bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Dapat dikatakan pula, metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

OPINI:
Berdasarkan referensi yang saya baca, saya amat menyetujui bahwa arti etika perlu dikembangkan lagi agar lebih relevan dengan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Sebab istilah etika yang berkembang kini tidaklah relevan lagi dengan ilmu saja. Ia sering diartikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma dalam masyarakat.



Referensi

Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jasmine Unplugged Live

Jasmine Unplugged singing "Yellow".

Jasmine Unplugged on Aksi Kreasi#2

Jasmine Unplugged singing "I'm Yours" with a special improvisation.

Tina Talisa Singing "Jangan Menyerah"

Tribute To Ashadi Siregar: Saur Hutabarat

Jogjakarya Istimewa: Lomba Mading untuk SMA, Pameran Persma, dan Exhibition

Untuk info lebih lanjut, dapat dilihat di:
http://www.bulaksumurugm.com/index.php/aksi-kreasi-3

Wednesday, 2 February 2011

Bijak di Jalanan

Saya adalah pejalan kaki sejati. Dalam hitungan kasar, keseharian saya adalah 45% di atas kaki sendiri, 45% dengan bus, dan 10% menebeng. Mungkin kalian bertanya, mengapa begitu? Mengapa tak mengendarai motor seperti anak seusia saya? Jangan-jangan saya aktivis Green Peace yang peduli masalah polusi? Baiklah, saya jelaskan! Saya tak bisa mengendarai sepeda motor. Fakta menyatakan, keseimbangan saya tak sempurna.

Sering bepergian dengan berjalan kaki membuat saya paham bagaimana kerasnya jalanan. Bukan sekedar kecelakaan. Banyak sekali bentuk kriminalitas yang saya alami selama di jalan.

Yang terakhir, saya melihat eksibisionis ketika menunggu bus. Untungnya saya tak sendiri. Ada beberapa ibu yang juga menunggu bus. Entah mengapa mereka tiba-tiba menjauh. Tak tahunya, ada eksibisionis nangkring di atas motor hitam dan menghadap kami. Saya berusaha santai. Kalau takut, senanglah dia.

Tak hanya itu. Saya pernah didatangi orang yang mengaku kecopetan di bus. Agar bisa kembali ke rumah, ia minta uang. Untungnya, saya adalah orang yang tak suka bersentuhan dengan orang asing. Tak sepeser pun saya berikan. Ternyata benar, jalanan memang keras! Mereka bukan orang yang tepat dibantu. Beberapa minggu kemudian, mereka melakukannya lagi.

Saya pernah hampir kecopetan di bus. Dari awal, saya merasa aneh. Gerombolan pencopet itu berisik sekali. Saya turun lewat pintu belakang dan ditabrak orang gemuk. Otak saya merespon untuk memasukkan tangan ke saku. Yang terjadi adalah tangan saya menyentuh sapu tangan yang digenggam pria itu! Memang ada mp4 player di saku saya. Pria berbadan subur itu hanya mengatakan “Sorry, sorry!”. Sejak itu saya yakin, Tuhan pemberi anugerah yang besar.

Saya pernah digerayangi, dihampiri orang asing yang menawarkan tumpangan, dan disuit-suitin. Ini membuat saya kesal dengan jalanan. Dampaknya, saya jadi cuek dengan orang di sekitar. Tiap orang asing mengajak berbincang, saya perlakukan seadanya. Tak peduli perasaan mereka, yang penting saya aman dan jauh dari orang jahat. Saya sentimen pada jalanan. Apa pun yang terlihat di jalan terasa muram karena rawan kriminalitas.

Sudah bukan rahasia pula jika pejalan kaki kurang diperhatikan haknya. Trotoar dipakai untuk warung, parkir, dan jalan motor saat macet. Pejalan kaki yang menyeberang di zebra cross kerap tak dipersilahkan menyeberang.

Suatu pagi, saya menyeberang di zebra cross. Tak biasanya saya diberi kesempatan oleh pengendara yang lewat. Saya menanti jalan agak kosong dan sampai ke tengah jalan. Kembali saya menanti jalan kosong dari utara. Tiba-tiba mobil minibus silver meluncur dari utara. Apa yang terjadi? Ia berhenti dan mempersilahkan saya menyeberang! Perasaan saya senang dan lega sekali. Seperti melalui peristiwa luar biasa. Saya langsung menyeberang. Sayang, saya tak melihat wajah orang berhati mulia itu. Yang jelas, ia adalah bapak-bapak. Seandainya dapat bertemu, saya haturkan terima kasih dan berharap bisa berhubungan dengannya.

Pengendara mobil kerap diinisiasikan sebagai sosok egois di jalan. Berbadan besar dan memenuhi jalan. Jika ada kecelakaan, ia sering dijadikan penyebabnya. Akan tetapi stigma itu tak seperti yang saya lihat.

Hal ini menginspirasi saya. Sebelumnya saya hanya melihat sisi buruk jalanan dan membencinya. Kini saya dapat menemukan orang baik dan bijaksana di jalanan. Tak selamanya jalanan keras. Kita dapat menemukan, meski sedikit, orang berhati mulia seperti bapak tadi. Meski bermobil dan kaya, ia tak sombong dan egois. Saya yakin, ia kaya dan sukses karena hati mulia dan suka menolong. Kelak berkarir, saya ingin bijak di jalan sepertinya.

Tuhan, terimakasih telah pertemukanku dengan hal negatif dan positif dari jalan. Aku bersyukur bisa belajar dari semuanya, hingga tahu bagaimana menghadapi dunia. Terutama untuk Bapak pengguna mobil silver, terimakasih sekali Pak! Saya belajar teladan Bapak.



Wednesday, 26 January 2011

Menjadi Kekasih Gareth Gates dalam Balutan Romeo Juliet

Pada suatu siang, saya tengah asyik bermain petak umpet di area kantor Papa di Solo. Karena petak umpet memerlukan banyak orang, tentunya saya tak sendiri. Ada Maria Martensita (Sita) dan Pritha Pratiwindya (Pritha) dalam mimpi saya. Entah karena apa mereka berdua dapat masuk dalam mimpi saya. Yang jelas saya tak memikirkan mereka sebelum saya tidur.

Ketika tengah berada di klimaks permainan, kami melihat Pak Achmad Dadi (guru mata pelajaran elektronika semasa SMP di SMP N 1 Yogyakarta). Dari raut wajahnya, nampaknya sungguh-sungguh ia tak suka dengan petualangan kami di situ. Ia datang dan seketika juga hendak memarahi kita. Begitu menghampiri kami, belum sampai murka dan lebih-lebih mengusir kami, tiba-tiba Pritha jatuh dari atas langit-langit tepat ke atas tubuh Pak Achmad Dadi. Usut punya usut, ada langit-langit yang bolong. Kebetulan sekali Pritha dan Sita sedang ngumpet di sana saat main petak umpet. Yang terjadi selanjutnya adalah Pak Achmad Dadi jatuh pingsan. Kehabisan oksigen mungkin. :p

Usai itu, game diakhiri. Mungkin karena ada korban jiwa sampai-sampai kita sangat perlu untuk melarikan diri. Yang sebelumnya mengumpet pun keluar dari area amannya. Ternyata peminat game ini sungguh banyak dari yang dikira. Bahkan ada dua orang anak yang saya tengarai mengenakan kostum unik. Satu berkostum ksatria baja hitam dan satu lagi mengenakan kostum astronot berwarna putih. Saya tidak mengenal siapa sosok di balik kostum tersebut, yang jelas keduanya lelaki. Akan tetapi di punggung pria berbaju asronot tersebut bertuliskan GARETH GATES berwarna hijau. Menyadari bahwa ia adalah idola saya dalam usia SMA, saya langsung terkaget-kaget, histeris, dan berteriak tentunya. Ini wajar sekali karena saya teramat sangat mengidolakannya.
Tiba-tiba Gareth langsung mengambil langkah seribu. Entah karena penyamarannya terbongkar atau karena dia tahu saya adalah fans berat dia, yang begitu bertemu akan mengunyel-ngunyel dia. Lantas saya tak diam saja. Toh saya punya kaki yang normal untuk mengejarnya.




Akhirnya Gareth berhenti di suatu tempat dan ia terpaksa harus naik ke atas pohon demi menghindari fans sekelas saya. Di bawah pohon itu juga, saya mengatakan berbagai macam hal yang hingga saat ini saya juga tidak tahu apa. Tapi sepertinya saya sedang mengutarakan perasaan saya tentang dia. Bahwa saya sangat mengidolakan dia, saya menyukai dia, blablabla...

Saat itu penampilan fisik saya baru nampak. Saya mirip dengan Juliet dalam film Romeo Juliet yang mana Leonardo Di Caprio ikut bermain di dalamnya. Baik dalam kostum dan rambut, terkecuali wajah (karena wajah saya nampak tidak begitu jelas dalam mimpi) dan properti sayap. Sesaat setelah saya bicara panjang lebar, ngalor ngidul, tiba-tiba Gareth luluh sekali mendengar perkataan saya. Seketika ia turun dari pohon yang sudah tak bisa tumbuh daunnya dan MEMELUK SAYA!!! Kami berdua benar-benar nampak seperti Romeo Juliet dalam film itu.




Sesi itu saya inisiasikan dengan sesi nembak dan saya pun resmi menjadi KEKASIH GARETH GATES! Betapa senangnya hati saya. Akan tetapi, bagian film barat kembali masuk dalam mimpi indah saya ini. Kalau tahu film berjudul “Children of the Corn” yang seram itu, maka bagian di mana anak-anak dalam jumlah amat banyak mengerumi kereta api itulah yang masuk dalam mimpi. Untungnya kami bukan sasaran mereka. Kami pun dapat melenggang kangkung di antara massa yang sadis itu.
Usai itu, kami berjalan bersama ke Gereja Ganjuran. Berjalan kaki saja sambil bergandengan tangan. Romantis sekali! Kami hendak ke sana untuk mendoakan kami yang baru saja jadian. Sampailah kami di Gereja yang ternyata dekat sekali. Kami sudah di tempat untuk berdoa dan bersujud. Tiba-tiba Bella Stasia datang. Entah untuk apa, tapi sepertinya ia hendak mengajarkan kami tata cara doa di sana. Dan setelah itu, gelap! Mimpi berakhir.