Sunday, 20 April 2014

Sensasi Mengambang di Dalam Gua

Meski sudah agak siang, kami beruntung Kawasan Wisata Gua Pindul masih sepi. Padahal hari itu Sabtu. Baru saja menjejak ke gapuranya, dua orang pria tengah baya langsung menyambut kami dengan wajah sumringah. "Selamat datang di Gua Pindul!"
Sambutan itu agaknya membuat saya dan kawan-kawan SD saya langsung terkesan pada wisata alam rivertubing tersebut. Wisata yang dikelola oleh Wira Wisata Gua Pindul itu memang tengah hangat dibicarakan. Maklum, ia memang wisata baru. Lewatnya, wisatawan diajak menyusuri kegelapan dalam Gua Pindul dan mengambang di Sungai Oyo dengan ban karet.
Begitu sampai, kami yang memang sedang reuni kecil-kecilan itu, mendaftar dan menunggu nama kami dipanggil. Kami pun menitipkan barang bawaan di penitipan yang tak jauh dari pendaftaran. Sebab selama melakukan river tubing, tidak diperkenankan membawa barang bawaan, termasuk ponsel agar tidak basah.
Sembari menunggu di sebuah kursi bermejakan sederhana tapi nyaman dan akrab, kami mengomentari apa saja di sekitar kami. Mulai dari pajangan foto berjajar mengenai bentang alam di sekitar Gua Pindul, dokumentasi selama Gua Pindul diabadikan di TVC Djarum, syuting acara Koki Cilik, sampai foto kedatangan artis sinetron Stuart Collins.
Saya dan teman-teman sudah pasti berpikir. Bahwa wisata rivertubing yang lumayan menantang adrenalin ini, sangat memanjakan wisatawan yang datang. Selagi menunggu antrean, ada sekelompok pemain gamelan yang menghibur. Bagi pengunjung yang datang dari luar Jawa, tentunya ini sangat menarik. Belum lagi ketika kami usai melakukan rivertubing, secangkir wedang jahe disuguhkan sebagai pelepas rasa dingin selama basah-basahan di Sungai Oyo.
Segera setelah giliran kami tiba, dua orang pemandu memperkenalkan diri. Mereka pun mengajarkan kepada kami bagaimana caranya menggunakan rompi pelampung. Setelah kami paham dan benar-benar memakainya, kami memilih ban yang dirasa nyaman untuk memulai rivertubing.
Berjalan sebentar, tibalah kami di pinggir Sungai Oyo. Plung, plung, plung! Satu per satu ban karet masuk ke air. Tak terkecuali dengan orang yang menunggang di atasnya. Kami dianjurkan untuk bergandengan tangan agar tidak terpencar dari grup.


Area terang, remang-remang, lalu gelap. Itulah area dalam gua yang kami lewati. Menurut pemandu, ada batu lanang dan batu wedok di sana. Konon, mampu membuat yang memegangnya semakin rupawan.
Ketika area gua hampir berakhir, ada lubang di atap gua. Mirip Gua Jomblang, lubang ini memancarkan cahaya surga yang indah meskipun masih kalah dengan Gua Jomblang. Dari situ, wisatawan diajak berjalan kaki menyusuri pos sungai selanjutnya. Jalur berupa pematang sawah yang dilewati sangat menentramkan karena udara segar dan warna hijau dari tanaman padi. 
Untuk warga Kota Jogja yang ingin melewatkan akhir pekannya, Gua Pindul sangat tepat dicoba. Letaknya tidak jauh, ongkosnya juga tidak mahal, sensasinya pun menyenangkan. Hanya kira-kira Rp 45.000,00 per orangnya. Kapan lagi ke Pindul?

No comments:

Post a Comment