Monday, 7 April 2014

Artefak Terabai di Kasunanan

Solo merupakan kota kecil di Jawa Tengah yang detak jantungnya tinggi. Di sanalah hidup dua keraton, yang salah satunya adalah Kasunanan. Meski memiliki banyak artefak yang bernilai historis tinggi, amat disayangkan pihak Keraton Kasunanan tak mampu menjaganya dengan baik.
Sabtu siang, saya mengunjungi Museum Keraton Kasunanan dengan perasaan menggebu-gebu. Saya membayangkan gedung heritage dengan aneka pajangan menarik dan unik. Setelah membayar Rp 10.000,00 untuk sekali kunjungan ke Museum Keraton dan juga Keratonnya, saya masih harus berputar sedikit karena loket tak bersebelahan dengan pintu masuk.
Setelah tiket disobek, satu per satu ruang saya jejaki. Memasuki ruang pertama, kesan yang didapat cukup suram. Penerangan tak maksimal. Teman saya bilang, dia ngeri karena kesan seramnya.

Penerangan display tidak maksimal

Benar saja. Koleksi artefak semacam kendi-kendi tua dipajang di lemari kayu tua yang tinggi. Penerangan di lemari itu sendiri sudah remang, seperti lampu yang sudah harus diganti. Tak terkecuali penerangan untuk ruang yang seluas ruang kelas pun.
Ruang pertama yang saya masuki pun tidak menyertakan keterangan dari apa yang dipajang. Tak hanya itu, kedapatan debu yang menggelayut bergelantungan di antara langit-langit, dinding, dan lemari display.
Ketika melanjutkan ke ruang lainnya, saya mendapati artefak yang disimpan dengan silica gel berwarna pink. Rupanya pihak pemelihara Museum Keraton tidak tahu. Silica gel yang telah berubah warna menjadi pink menandakan sudah tak bisa menyerap kelembapan lagi. Untuk bisa dipakai lagi, silica gel harus dipanaskan dalam oven sampai berwarna biru lagi.
Yang paling memprihatinkan adalah adanya sejumlah kereta kencana yang terbengkalai dan dibiarkan teronggok rusak di teras museum. Sofanya lusuh dan tercerabut dari tempat semula. Patung malaikat Romawi yang klasik terlepas dan terbaring di dalam kereta. Entah mengapa ia dibiarkan saja. Apakah karena desainnya kebarat-baratan, kayunya sudah terlalu rapuh, tidak ada yang peduli, atau tidak ada dana?

Kereta klasik Eropa yang kondisinya mengenaskan

Area museum ini dibuat melingkar persegi, dengan bagian tengah berupa taman berpatung ala Romawi. Sayangnya patung ini terkelupas catnya. Daun kering pun berserakan di taman.

daun kering berserakan di taman museum

Memasuki area Keraton, ternyata terbatas sekali yang bisa kami lihat. Hanya pendopo dan halamannya. Sekali lagi, saya menemui patung romawi yang dibiarkan terkelupas catnya. Hanya saja, bagian pendopo lumayan bagus. Ia diberi tanda batas pengunjung serta sesajen kembang.

Pendopo Keraton dan patung klasik Eropa

Ada bagian pendopo lain yang menurut saya paling bagus dan mewah. Sepertinya merupakan ruang tambahan dengan dinding aksen kayu dan ruang berAC. Kala saya berkunjung ke sana, tamu dari Malaysia tengah dijamu.
Begitulah sekelumit kunjungan ke Museum Keraton Kasunanan Surakarta. Seharusnya dengan tiket Rp 10.000,00 per orang, saya akan mendapati banyak ilmu dan wawasan baru tentang Solo. Akan tetapi ekspektasi saya kurang terpuaskan karena minimnya perawatan di tempat itu. Semoga dengan tulisan ini, pihak Keraton Kasunanan Surakarta lebih terbuka untuk menjaga artefak budaya yang merupakan bakal budaya nasional. Apalagi banyak anak-anak sekolah yang berkunjung ke sana.

No comments:

Post a Comment